Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak menguat di sesi perdagangan Asia pada hari ini, didorong oleh ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Di mana, prospek pasokan minyak yang lebih banyak dan kekhawatiran tentang dampak tarif perdagangan terhadap permintaan bahan bakar global turut membebani.
Senin (22/9/2025) pukul 10.50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2025 naik 34 sen atau 0,54% menjadi US$ 67,07 per barel.
Sementara , harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 berada di level US$ 63,02 per barel, naik 34 sen, atau 0,54%.
Kontrak WTI untuk Oktober 2025 berakhir pada hari ini, sementara kontrak pengiriman November 2025 yang lebih aktif berhasil naik 36 sen, atau 0,58% ke US$ 62,76 per barel.
"Laporan akhir pekan lalu bahwa Rusia mengancam di perbatasan Polandia telah mengingatkan para pedagang akan risiko yang berkelanjutan terhadap keamanan energi Eropa dari timur laut," kata Michael McCarthy, CEO platform investasi Moomoo Australia dan Selandia Baru.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok Terseret Pasokan yang Kuat, Brent ke US$ 66 Per Barel
Pesawat Polandia dan sekutu dikerahkan pada Sabtu pagi untuk memastikan keamanan wilayah udara Polandia setelah Rusia melancarkan serangan udara yang menargetkan Ukraina barat di dekat perbatasan dengan Polandia, kata angkatan bersenjata negara anggota NATO tersebut.
Pengerahan pasukan tersebut dilakukan setelah tiga jet militer Rusia melanggar wilayah udara NATO Estonia selama 12 menit pada hari Jumat, sementara pada hari Minggu, angkatan udara Jerman melaporkan bahwa sebuah pesawat militer Rusia memasuki wilayah udara netral di atas Laut Baltik.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dijadwalkan bertemu pada hari Senin untuk membahas tuduhan Estonia bahwa jet tempur Rusia melanggar wilayah udaranya, kata para diplomat.
Dalam beberapa pekan terakhir, Ukraina meningkatkan serangan pesawat nirawak terhadap infrastruktur energi Rusia, menghantam terminal dan kilang, sementara Presiden AS Donald Trump telah mendesak Uni Eropa untuk menghentikan pembelian minyak dan gas Rusia.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Jumat (19/9) Pagi, Brent ke US$67,43 dan WTI ke US$63,53
Dalam berita Timur Tengah, empat negara Barat mengakui negara Palestina, yang memicu respons keras dari Israel dan menambah keresahan di wilayah penghasil minyak utama tersebut.
Harga minyak Brent dan WTI ditutup turun lebih dari 1% pada hari Jumat (19/9/2025), menandai sedikit penurunan minggu lalu karena kekhawatiran tentang pasokan yang besar dan penurunan permintaan melebihi ekspektasi bahwa pemotongan suku bunga pertama tahun ini oleh Federal Reserve AS akan memicu lebih banyak konsumsi.
Irak telah meningkatkan ekspor minyak menyusul pencabutan bertahap pemotongan produksi sukarela berdasarkan perjanjian OPEC+, ungkap SOMO, perusahaan pemasaran minyak negara tersebut, pada hari Minggu.
Ekspor minyak Irak rata-rata mencapai 3,38 juta barel per hari pada bulan Agustus, menurut Kementerian Perminyakan. SOMO memperkirakan ekspor rata-rata bulan September akan berkisar antara 3,4 juta hingga 3,45 juta barel per hari.
Baca Juga: Harga Emas Bertahan Dekat Rekor Tertinggi, Pasar Cermati Sinyal Kebijakan The Fed
"Meningkatnya persediaan selama enam bulan terakhir juga mengonfirmasi bahwa pasokan telah melampaui permintaan," ujar Tim Evans dalam buletin Evans on Energy.
"Peningkatan cadangan strategis yang diakumulasikan oleh Tiongkok dan AS telah membantu menyerap surplus, tetapi peningkatan persediaan tersebut masih mengurangi potensi kenaikan harga jangka pendek dan membuka potensi penurunan," kata Evans.