Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia bergerak datar pada perdagangan Jumat (19/9/2025), setelah ditutup melemah sehari sebelumnya.
Sentimen positif dari keputusan The Fed memangkas suku bunga pertama tahun ini tertahan oleh kekhawatiran atas permintaan bahan bakar di Amerika Serikat.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah, Kekhawatiran Terhadap Prospek Ekonomi AS Tekan Pasar
Harga Minyak Bergerak Tipis
Kontrak berjangka Brent turun 1 sen menjadi US$67,43 per barel pada pukul 01.00 GMT. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi 4 sen ke US$63,53 per barel.
Meski demikian, kedua acuan utama ini masih berada di jalur penguatan untuk pekan kedua berturut-turut.
The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (17/9), dan mengisyaratkan adanya penurunan lanjutan sebagai respons terhadap pelemahan pasar tenaga kerja.
Secara teori, biaya pinjaman yang lebih rendah dapat mendorong permintaan minyak dan menopang harga.
Namun, kenaikan persediaan distilat AS hingga 4 juta barel, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 1 juta barel, justru menimbulkan kekhawatiran permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
“Penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi jangka panjang AS juga semakin menekan dukungan terhadap harga minyak,” kata analis IG, Tony Sycamore.
Baca Juga: Update Harga Minyak Turun Kamis (18/9) Sore: Brent ke US$ 67,65 & WTI ke US$ 63,75
Data Ekonomi Tekan Sentimen
Indeks dolar AS naik 0,43% ke level 97,37, menguat terhadap franc Swiss dan yen Jepang.
Sementara itu, data ekonomi memperlihatkan klaim pengangguran meningkat dan pembangunan rumah keluarga tunggal turun ke level terendah 2,5 tahun pada Agustus akibat kelebihan pasokan rumah baru.
Dari sisi suplai, Kementerian Keuangan Rusia mengumumkan kebijakan baru untuk melindungi anggaran negara dari fluktuasi harga minyak dan sanksi Barat, yang sedikit meredakan kekhawatiran pasokan.
“Pernyataan Presiden Donald Trump yang lebih memilih harga minyak rendah dibandingkan sanksi terhadap Rusia juga turut menurunkan kecemasan pasar terkait potensi gangguan pasokan,” ujar analis ANZ, Daniel Hynes.