Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak mentah berjangka ditutup menguat lebih dari US$ 1,60 per barel, ditopang oleh pemotongan sementara tarif AS-China dan data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan.
Selasa (13/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2025 ditutup menguat US$ 1,67 atau 2,57% ke US$ 66,63 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup menguat US$ 1,72 atau 2,78% ke US$ 63,67 per barel.
Kedua harga patokan minyak mentah itu menguat sekitar 4% atau lebih pada sesi sebelumnya, setelah AS dan China menyetujui pengurangan tajam tarif impor mereka setidaknya selama 90 hari, yang juga mendorong saham di Wall Street dan dolar.
"Kami tidak berpartisipasi sebanyak pasar lain kemarin dalam ledakan ekonomi China, jadi kami mengejar ketertinggalan hari ini," kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Pasar Pertimbangkan Perkembangan Perdagangan AS-China
"Data pagi ini juga memberi ruang bagi Fed untuk mulai mengambil beberapa langkah."
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada hari Selasa bahwa Indeks Harga Konsumen naik 2,3% dalam 12 bulan hingga April, kenaikan tahunan terkecil dalam empat tahun, yang menyebabkan perusahaan-perusahaan Wall Street seperti JPMorgan Chase dan Barclays memangkas perkiraan tentang resesi AS dalam beberapa bulan mendatang.
Data inflasi yang lebih jinak kemungkinan akan disambut dengan sedikit kelegaan oleh Federal Reserve, yang telah mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah sejak terakhir kali memangkasnya pada bulan Desember.
The Fed telah menghentikan pemotongan suku bunganya di tengah kekhawatiran bahwa perang dagang dapat memicu kembali inflasi.
"Semua angka optimis hari ini," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
"Angka inflasi, data ekonomi sangat mendukung."
Sementara itu, OPEC+, berencana untuk meningkatkan ekspor minyak pada bulan Mei dan Juni, yang dipandang mungkin membatasi kenaikan harga minyak.
OPEC telah meningkatkan produksi minyak lebih dari yang diperkirakan sebelumnya sejak April, dengan produksi Mei kemungkinan akan meningkat sebesar 411.000 barel per hari.
Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa pasokan minyak mentah Arab Saudi ke China akan tetap stabil pada bulan Juni setelah mencapai level tertingginya dalam lebih dari setahun pada bulan sebelumnya setelah keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Menguat, Data Inflasi Jadi Penyokong
Arab Saudi merupakan pemasok minyak mentah terbesar kedua ke China setelah Rusia.
Di tempat lain, tanda-tanda secara umum menunjukkan permintaan bahan bakar olahan tetap kuat.
"Meskipun prospek permintaan minyak mentah memburuk, sinyal positif dari pasar bahan bakar tidak dapat diabaikan," kata analis JPMorgan dalam sebuah catatan.
"Meskipun harga minyak mentah internasional telah turun sebesar 22% sejak puncaknya pada tanggal 15 Januari, baik harga produk olahan maupun margin penyulingan tetap stabil."
Kapasitas penyulingan yang berkurang - sebagian besar di AS dan Eropa - memperketat keseimbangan bensin dan solar, meningkatkan ketergantungan pada impor dan meningkatkan kerentanan terhadap lonjakan harga selama pemeliharaan dan pemadaman yang tidak direncanakan, mereka menambahkan.