Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak stagnan pada Jumat (31/10/2025), tetapi menuju penurunan bulanan ketiga berturut-turut, terbebani penguatan dolar AS, data ekonomi China yang lemah, dan meningkatnya pasokan dari produsen global utama.
Mengutip Reuters, Jumat (31/10/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik 29 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 65,29 per barel pada pukul 13.03 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level US$ 61,10 per barel, naik 53 sen, atau 0,9%.
Dolar AS mendekati level tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama lainnya, membuat pembelian komoditas berdenominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal.
Sementara itu, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, kemungkinan akan menurunkan harga minyak mentahnya untuk bulan Desember bagi pembeli Asia ke level terendah dalam beberapa bulan, yang mengindikasikan sentimen bearish.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menuju Penurunan Bulanan Ketiga pada Jumat (31/10)
Harga minyak juga merosot setelah survei resmi menunjukkan aktivitas pabrik di China menyusut untuk bulan ketujuh di bulan Oktober.
Brent dan WTI diperkirakan akan turun masing-masing sebesar 2,6% dan 2% di bulan Oktober seiring Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen-produsen utama non-OPEC yang meningkatkan produksi.
Pasokan yang lebih besar juga akan meredam dampak sanksi Barat yang mengganggu ekspor minyak Rusia ke pembeli utamanya, Tiongkok dan India.
Survei Reuters memperkirakan harga rata-rata Brent akan mencapai US$ 67,99 per barel pada tahun 2025, sekitar 38 sen lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu. WTI diperkirakan akan mencapai US$ 64,83, sedikit lebih tinggi dari perkiraan bulan September sebesar US$ 64,39.
OPEC+ cenderung meningkatkan produksi secara moderat pada bulan Desember, menurut sumber yang mengetahui perundingan tersebut menjelang pertemuan kelompok tersebut pada hari Minggu.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Investor Menimbang Gencatan Senjata Perdagangan AS-China
Sementara itu, ekspor minyak mentah dari eksportir utama Arab Saudi mencapai level tertinggi dalam enam bulan terakhir, yaitu 6,407 juta barel per hari, menurut data dari Joint Organizations Data Initiative.
Laporan Badan Informasi Energi AS juga menunjukkan rekor produksi sebesar 13,6 juta barel per hari minggu lalu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa China telah setuju untuk memulai proses pembelian energi AS, dan menambahkan bahwa transaksi berskala sangat besar mungkin akan terjadi yang melibatkan pembelian minyak dan gas dari Alaska.
Namun, para analis tetap skeptis mengenai apakah kesepakatan perdagangan AS-China akan meningkatkan permintaan China terhadap energi AS.













