Sumber: Channel News Asia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kamis ini (25/6), tepat 70 tahun pecahnya perang Korea. Walau berakhir dengan gencatan senjata, tidak ada perjanjian damai yang ditorehkan duo Korea tersebut.
Hingga kini setelah 70 tahun, hubungan Korea Selatan dan Korea Utara tak kunjung harmonis, malah masih panas dan belum ada tanda-tanda bakal berdamai.
Pada peringatan 70 tahun pecah perang Korea, Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali komitmen mereka untuk memperjuangkan perdamaian di Semenanjung Korea.
Baca Juga: Korea Utara menunda aksi militer terhadap Korea Selatan, mengapa?
Komunis Korea Utara menginvasi Korea Selatan yang didukung AS pada 25 Juni 1950, memicu perang tiga tahun yang menewaskan jutaan orang.
Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata yang tidak pernah digantikan oleh perjanjian damai, meninggalkan semenanjung dibagi oleh Zona Demiliterisasi dan kedua Korea secara teknis masih berperang.
"Pada hari ini pada tahun 1950, aliansi militer AS-Korea Selatan lahir dari kebutuhan dan ditempa dengan darah," kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan mitranya dari Korea Selatan Jeong Kyeong-doo dalam sebuah pernyataan bersama.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mencatat, korban jiwa akibat perang Korea mencapai 520.000 warga Korea Utara, 137.000 tentara korea Selatan Selatan dan 37.000 orang Amerika.
Hubungan Korea Selattan dengan AS sempat tegang dalam beberapa tahun terakhir akibat tuntutan pemerintahan Donald Trump yang menginginkan Korea Selatan membayar lebih untuk biaya 28.500 tentara AS di semenanjung Korea untuk melindungi Selatan dari tetangganya yang bersenjata nuklir.
"Sekutu tetap berkomitmen untuk mempertahankan perdamaian yang diperjuangkan dengan keras di Semenanjung Korea," pernyataan itu menambahkan.
Baca Juga: Trump disebut pernah ancam tarik pasukan AS jika Korea Selatan tak bayar US$ 5 miliar
Peringatan 70 tahun perang Korea datang ketika hubungan antar-Korea tetap membeku usai pemulihan hubungan pada 2018 yang membawa tiga pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Rabu (24/6), Korea Utara menangguhkan rencana langkah militer yang ditujukan ke Korea Selatan, setelah Korea Utara meningkatkan ketegangan pekan lalu dengan menghancurkan kantor penghubung di sisi perbatasannya yang melambangkan kerja sama antar-Korea.
"Peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan antar-Korea dapat berubah menjadi rumah kartu kapan saja," tulis JoongAng Daily Selatan dalam editorial Kamis (25/6) yang dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Kim Jong Un disebut pernah menertawakan Donal Trump