Sumber: Washington Post | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Chief Executive Officer (CEO) Google Sundar Pichai mengingatkan para karyawan untuk bersikap netral dalam pemilu Amerika Serikat (AS).
Dalam email perusahaan yang dikirim ke karyawan Google pada Senin (4/11), dan diperoleh The Washington Post disebutkan, siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden, Google harus menjadi “sumber informasi tepercaya bagi orang-orang dari setiap latar belakang dan keyakinan.”
Mantan presiden Donald Trump sering menuduh Google bias terhadapnya. Pada bulan September lalu, Trump mengatakan, ia akan menuntut Google atas dugaan campur tangan pemilu jika ia kembali ke Gedung Putih.
Trump kemudian mengatakan Pichai meneleponnya dan berbicara tentang betapa populernya mantan presiden itu di pencarian Google. Trump mengklaim, CEO Google sebagai salah satu dari beberapa eksekutif bisnis dan miliarder terkemuka yang telah menghubunginya dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Para Ahli Ini Sebut Elon Musk dan X adalah Pusat Misinformasi Pemilu AS
Seorang juru bicara Google tidak segera menanggapi permintaan komentar soal surat dari CEO ini.
Surat Pichai adalah contoh terbaru dari perusahaan-perusahaan Silicon Valley yang melakukan upaya baru untuk menjaga perusahaan mereka agar tidak terjerat dalam perpecahan politik AS. Bahkan ketika media sosial, disinformasi yang dihasilkan AI, dan sumbangan dari miliarder teknologi telah memainkan peran utama dalam kampanye tersebut.
Menghindari konflik dengan Trump dan para pendukungnya tampaknya menjadi prioritas khusus bagi perusahaan-perusahaan teknologi.
Menanggapi tuduhan selama pemilihan umum 2016 bahwa perusahaan-perusahaan teknologi membiarkan informasi palsu menyebar luas secara daring, berbagai platform termasuk YouTube milik Google dan Facebook milik Meta membatasi iklan politik dan menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan moderasi konten.
Baca Juga: Pemilu AS 2024: Ini Rencana Kebijakan Harris dan Trump Terkait Isu-Isu Utama
Donald Trump dikeluarkan dari sebagian besar platform media sosial setelah serangan pada 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS.
Selama kampanye presiden tahun ini, perusahaan-perusahaan teknologi telah mencabut larangan mereka dan mundur dari moderasi kepalsuan politik. Meta telah mengurangi seberapa sering ia menampilkan posting orang-orang tentang politik di Facebook dan Instagram, dan YouTube sekarang memungkinkan orang-orang untuk membuat klaim penipuan pemilu tanpa penalti.