kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hong Kong mencekam: Aksi unjuk rasa damai berubah jadi rusuh, stasiun MTR dibakar


Senin, 09 September 2019 / 06:18 WIB
Hong Kong mencekam: Aksi unjuk rasa damai berubah jadi rusuh, stasiun MTR dibakar
ILUSTRASI. Unjuk rasa pro demokrasi di Hong Kong


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Ribuan pengunjuk rasa bergabung dalam aksi long march damai ke konsulat AS di Hong Kong pada hari Minggu (8/9). Mereka mendesak para pejabat dan politisi Amerika untuk mendukung perjuangan mereka dengan mengambil tindakan diplomatik terhadap pemerintah Hong Kong. Sementara itu, kelompok radikal memisahkan diri dari aksi pawai utama untuk kembali membuat kekacauan.

Kelompok-kelompok kecil pengunjuk rasa memaksa beberapa stasiun MTR untuk ditutup ketika mereka merusak pintu masuk dan membakar salah satu di antaranya. Pihak kepolisian menanggapi hal itu dengan menembakkan gas air mata dan penangkapan.

Baca Juga: Mahathir: Protes di Hong Kong menunjukkan keterbatasan satu negara dengan dua sistem

Melansir South China Morning Post, di tempat terpisah, pemimpin kelompok oposisi Joshua Wong Chi-fung ditangkap di bandara internasional Hong Kong ketika hendak berangkat ke Jerman dan AS. Wong mengatakan, ia disebut bersalah dengan tuduhan melanggar persyaratan jaminan, yang memungkinkannya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri setelah ia ditangkap pada Agustus atas tuduhan pengorganisasian, menghasut dan mengambil bagian dalam pertemuan ilegal selama pengepungan markas polisi di Wan Chai pada Juni.

Sementara, ribuan orang berunjuk rasa di Chater Garden dan berbaris ke konsulat Amerika di kawasan pusat bisnis untuk memohon bantuan dari Presiden AS Donald Trump.

Aksi long march dimulai pada pukul 13.00 siang. Akan tetapi, masalah mulai terjadi sekitar tiga jam kemudian di dalam stasiun MTR Pusat ketika polisi anti huru hara menangkap tiga orang.

Baca Juga: Demo di Hong Kong kembali ricuh, polisi tembakkan peluru karet

MTR kemudian menutup stasiun, ketika sekelompok kecil kaum radikal mulai merusak pintu masuk, menghancurkan panel kaca, melukis grafiti di dinding dan melemparkan tanaman pot besar ke eskalator.

Satu gerombolan menumpuk barikade kayu di pintu masuk stasiun dan membakar kayunya hingga api membesar. Namun, petugas kepolisian bergerak cepat dan memadamkannya. Dalam sebuah pernyataan kemudian, MTR sangat mengutuk tindakan merusak dan mengatakan seorang karyawan terkena benda-benda keras yang dilemparkan oleh pengunjuk rasa. Belum ada informasi, apakah stasiun Central akan dibuka kembali pada Senin pagi.

Para komuter tidak dapat pulang ke rumah dan harus mengalami antrean panjang kapal feri untuk menyeberangi pelabuhan.

Para pengunjuk rasa kemudian meluber ke beberapa jalan di Central, menduduki Pedder Street dan Des Voeux Road dan menyalakan api di persimpangan. Seketika itu juga, toko-toko mulai menutup pintu dan jendelanya.

Tetapi ketika pasukan anti huru hara bergerak untuk membubarkan mereka, mereka pindah ke Admiralty di mana ada lebih banyak konfrontasi dan pertikaian dengan polisi di stasiun MTR.

Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: Kami tidak bisa menghentikan krisis segera

Selanjutnya mereka turun ke Wan Chai, dengan lebih banyak aksi vandalisme. Kondisi ini memaksa MTR untuk menutup stasiun lain, kemudian melanjutkan perjalanan ke Causeway Bay di mana kerumunan besar mengambil alih Hennessy Road.

Masih mengutip South China Morning Post, malam telah tiba ketika polisi menembakkan beberapa putaran gas air mata pada pengunjuk rasa dari pintu masuk MTR di dekat department store Sogo, sebuah zona perbelanjaan utama. Petugas juga terlihat memukuli demonstran yang mencoba melarikan diri dari eskalator.

Saat malam berlalu, kekacauan menyebar ke Mong Kok dan Hung Hom. 

Baca Juga: Hong Kong bersiap-siap hadapi unjuk rasa besar-besaran

Stasiun MRT Prince Edward dan Mong Kok ditutup lagi ketika kerumunan besar massa mengambil alih perempatan jalan di luar Kantor Polisi Mong Kok.

Para pengunjuk rasa terus mundur setiap kali polisi mengejar mereka. Namun kondisi itu hanya sebentar. Mereka akan berkumpul kembali dan menghadapi polisi lagi.

Dari jam 9 malam, pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan di Nathan Road dekat Prince Edward Road West di Mong Kok. Dalam waktu singkat, massa melumpuhkan lalu lintas dengan barikade yang terbuat dari tempat sampah dan puing-puing. Yang lainnya melemparkan benda-benda keras ke arah kantor polisi.

Sebelumnya pada siang hari, ribuan pengunjuk rasa membentuk lautan hitam ketika mereka berkumpul di Chater Garden di Central dan bergerak menuju Garden Road ke konsulat AS. Banyak dari mereka yang mengibarkan bendera Amerika.

Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: China mendukung penuh penarikan RUU Ekstradisi

"Kami di sini untuk mendesak pemerintah AS agar mengesahkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong," kata seorang lulusan berusia 22 tahun dari Universitas Politeknik, yang menolak disebutkan namanya seperti yang dikutip dari South China Morning Post.

"Kami tidak menjual Hong Kong tetapi membela Undang-Undang Dasar, yang menjanjikan kita demokrasi dan hak asasi manusia."

Para pengunjuk rasa mendorong anggota parlemen AS untuk mengesahkan undang-undang itu, yakni undang-undang bipartisan yang dapat membuka jalan bagi Washington untuk memberi sanksi kepada pejabat China dan Hong Kong, serta melepaskan kota dari status khusus sebagai entitas perdagangan dan bea cukai terpisah dari China.




TERBARU

[X]
×