Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. HSBC menjadi perusahaan sekuritas global terbaru yang memangkas target akhir tahun untuk indeks S&P 500 di bawah level 6.000.
Langkah ini dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan tekanan terhadap laba perusahaan akibat kebijakan tarif.
Dalam catatan riset yang dirilis Selasa (29/4), HSBC menurunkan target S&P 500 menjadi 5.600 dari sebelumnya 6.700.
Baca Juga: S&P 500 dan Nasdaq Naik di Tengah Harapan Negosiasi Perdagangan AS-Jepang
Target tersebut setara dengan proyeksi yang diajukan oleh BofA Global Research.
"Untuk jangka pendek, pasar kemungkinan akan bergerak di antara kekhawatiran resesi dan stagflasi hingga The Fed memangkas suku bunga dan gejolak tarif mereda," tulis para analis HSBC.
Sejumlah sekuritas global belakangan ini agresif menyesuaikan target indeks acuan AS tersebut, menyusul kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang terus berkembang.
Tarif tersebut diperkirakan akan menekan laba korporasi Amerika dan meningkatkan risiko resesi.
Hingga saat ini, indeks S&P 500 telah turun sekitar 6% sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Defisit Perdagangan Barang AS Makin Melebar, Ekonomi AS Kian Tertekan
HSBC juga memangkas proyeksi laba per saham (EPS) S&P 500 menjadi US$ 255, turun 5% dari estimasi sebelumnya, dan di bawah konsensus pasar yang berada di kisaran US$ 264.
Menurut HSBC, ketidakpastian ekonomi akan membatasi valuasi pasar mengingat minimnya visibilitas terhadap pertumbuhan laba jangka panjang.
Meski demikian, HSBC masih memperkirakan ekonomi AS akan terhindar dari resesi maupun stagflasi.
Mereka memproyeksikan pertumbuhan PDB AS sebesar 1% sepanjang tahun, dan memperkirakan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga pada Juni mendatang.
Dalam kondisi makroekonomi yang tidak menentu ini, HSBC merekomendasikan saham defensif, termasuk saham-saham kapitalisasi besar (large caps) dan saham bernilai (value stocks).