kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri rokok elektrik di China mulai loyo


Jumat, 20 Desember 2019 / 19:20 WIB
Industri rokok elektrik di China mulai loyo
ILUSTRASI. Penggemar rokok elektrik atau Vape menunjukan kebolehannya disela acara 'I Choose to be Healthier' di Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/12/2019). Industri rokok elektronik atau e-rokok di China tengah mengalami perlambatan. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SHENZEN. Industri rokok elektronik atau e-rokok di China tengah mengalami perlambatan. Mengutip artikel Reuters, Jumat (20/12) hal ini disebabkan oleh semakin ketatnya peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah China dan Amerika Serikat (AS) terkait aturan main e-rokok.

Alhasil, sejak Oktober 2019 lalu perusahaan e-rokok di China sudah memangkas sekitar 10% dari jumlah pekerja di sektor ini atau sekitar 50.000 orang menurut data Asosiasi Perdagangan.

Baca Juga: Saham perusahaan teknologi China melejit terdorong meredanya tensi perang dagang

Ai Weinuo, Sekretaris Komite Industri Rokok Elektronik mengatakan, perlambatan ini juga dipengaruhi oleh ketakutan dari media AS terkait dengan menghisap e-rokok alias vaping. Pasalnya, AS merupakan salah satu pasar e-rokok saat ini dan menjadi kiblat bisnis e-rokok di China sebagai produsen.

Masalahnya, di China pun, aturan pemerintah melarang untuk melakukan penjualan e-rokok secara daring. Hasilnya, pabrik-pabrik di kota Shenzen, China selatan, tempat sekitar 90% rokok elektronik dunia dibuat oleh 500.000 tenaga kerja, memperlambat produksi dan memangkas staf.

Penurunan terjadi setelah keberhasilan perusahaan e-rokok Juul di Amerika Serikat. Hal ini lantas mendorong banyak investor di China untuk mengalokasikan uangnya ke dalam perusahaan rintisan untuk membuat produk serupa dengan Juul.

Masalahnya, menurut Pengamat Industri, saat ini jumlah perusahaan rintisan ini sudah membludak dan membuat ketidakseimbangan dari sisi suplai dan permintaan.

Baca Juga: Saingi China dan Korea Utara, Jepang kerek anggaran militer ke rekor tertinggi

Ketua Asosiasi Ou Junbiao, pendiri dan produsen e-rokok Sigilei awal bulan ini mengatakan bahwa perusahaannya sudah memangkas sekitar 1.000 karyawan. Jumlah tersebut merupakan separuh dari total karyawannya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×