kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Inggris Akan Mengakui Kemerdekaan Palestina Jika Hamas Pergi dari Gaza


Jumat, 02 Februari 2024 / 09:49 WIB
Inggris Akan Mengakui Kemerdekaan Palestina Jika Hamas Pergi dari Gaza
ILUSTRASI. Warga Palestina memegang bendera Palestina saat protes atas ketegangan di Masjid Al-Aqsa Yerusalem, di pos pemeriksaan Huwara, dekat Nablus di Tepi Barat yang diduduki Israel pada 29 Mei 2022.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, pada hari Kamis (1/2) mengatakan bahwa negaranya bisa saja mengakui kemerdekaan negara Palestina jika gencatan senjata di Gaza terjadi.

Cameron menambahkan, pengakuan itu akan diumumkan tanpa menunggu hasil perundingan damai antara Israel dan Palestina yang mungkin terjadi di masa depan.

Meskipun demikian, Cameron menegaskan bahwa pengakuan itu tidak akan keluar jika Hamas masih berada di Gaza, AP News melaporkan.

Pernyataan itu disampaikan Cameron selama kunjungan ke Lebanon yang dimaksudkan untuk meredakan ketegangan regional, karena perang Gaza mulai meluas ke negara-negara tetangga.

Baca Juga: PM Israel, Benjamin Netanyahu, Minta UNRWA Angkat Kaki dari Gaza

Sebagai contoh, dua pria bersenjata di Turki pada hari Kamis menyandera tujuh orang di sebuah pabrik milik perusahaan AS, Procter & Gamble. Aksi tersebut diduga merupakan bentuk protes atas pecahnya perang di Gaza.

Hingga hari Kamis, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat ada lebih dari 27.000 penduduk Pelestina yang tewas dan 66.000 lainnya luka-luka akibat serangan Israel.

Laporan kementerian tidak membedakan korban dari kalangan sipil atau militer, namun memastikan bahwa sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Baca Juga: Afrika Selatan: Mengapa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Belum Ditangkap?

Gencatan Senjata Belum Tercapai

Militer Israel mulai bergerak ke bagian selatan Gaza, tepatnya ke arah kota Rafah yang berada di Mesir. Kota ini juga jadi satu-satunya pintu aman bagi bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza.

Mendekatnya militer Israel ke Rafah berpotensi menghambat arus bantuan kemanusiaan ke Gaza. Di saat yang sama, upaya gencatan senjata masih belum disepakati.

Qatar dan Mesir sebagai mediator saat ini masih menunggu tanggapan positif dari Hamas terhadap proposal mengenai gencatan senjata. Israel dan AS telah menyepakatinya dalam pembicaraan di Paris pekan lalu.

Proposal tersebut pada dasarnya mengatur aturan pembebasan sandera yang membuat pertempuran berhenti selama 40 hari.

Baca Juga: Israel Mulai Alihkan Fokus Serangan ke Rafah, Perbatasan dengan Mesir

Hamas harus membebaskan warga sipil yang masih disandera. Setelahnya, Hamas harus membebaskan sandera dari kalangan militer dan menyerahkan jenazah sandera yang tewas selama pertempuran.

Seorang pejabat Palestina mengatakan, Hamas kemungkinan besar tidak akan langsung menolak proposal gencatan senjata, namun akan menuntut jaminan bahwa pertempuran tidak akan dilanjutkan.

Sayangnya, sampai saat ini Israel sama sekali belum memiliki niat untuk mengakhiri serangannya di Gaza. Israel bertujuan untuk memusnahkan Hamas sampai ke akarnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×