kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.904   75,19   0,96%
  • KOMPAS100 1.209   12,81   1,07%
  • LQ45 981   10,28   1,06%
  • ISSI 229   1,62   0,71%
  • IDX30 500   5,33   1,08%
  • IDXHIDIV20 602   5,36   0,90%
  • IDX80 137   1,45   1,07%
  • IDXV30 141   0,65   0,47%
  • IDXQ30 167   1,30   0,78%

Ini Alasan Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS


Sabtu, 24 Agustus 2024 / 04:22 WIB
Ini Alasan Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS
ILUSTRASI. BRICS, yang awalnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, sepertinya akan membutuhkan nama baru. REUTERS/Siphiwe Sibeko


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BRICS, yang awalnya hanya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, sepertinya akan membutuhkan nama baru.

Setelah tidak menambah anggota baru selama 13 tahun, kelompok internasional non-Barat itu menyambut Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab Agustus lalu. 

Sejak saat itu, pintu gerbang telah dibuka. Pada bulan Februari, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor mengklaim bahwa lebih dari 30 negara kini ingin bergabung dengan kelompok internasional tersebut.

Melansir Fortune, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sangat vokal tentang keinginannya untuk bergabung dengan blok tersebut. 

Anwar Ibrahim melobi pejabat Rusia, China, dan minggu ini, pejabat India tentang pengajuan keanggotaan Malaysia. 

Thailand juga mengajukan pegajuan aplikasi resmi untuk bergabung dengan blok tersebut Juni lalu. Dan para pejabat memprediksi, negara Asia Tenggara itu akan dapat bergabung dengan KTT BRICS di Rusia Oktober ini.

BRICS, yang namanya berasal dari laporan Goldman Sachs pada tahun 2001, telah lama berjuang untuk menemukan tujuan ekonomi atau geopolitik, karena negara-negara anggotanya tidak memiliki banyak kesamaan selain menjadi negara besar dan non-Barat.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, blok tersebut semakin berupaya memposisikan dirinya sebagai suara dari apa yang disebut Global South, istilah yang digunakan untuk menggambarkan ekonomi berkembang pascakolonial. 

Baca Juga: Masuk Anggota OECD, Bakal Kurangi Ketergantungan Perdagangan RI dengan China

Ini adalah argumen yang semakin menguat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, yang membawa geopolitik kembali ke permukaan dan menyoroti kekuatan AS dalam sistem ekonomi global.

"Bagi beberapa negara, BRICS dapat menjadi penyeimbang terhadap hegemoni ekonomi AS," kata Rahman Yaacob, seorang peneliti dalam program Asia Tenggara di Lowy Institute.

Bergabung dengan blok tersebut juga dapat menjadi cara untuk melindungi diri secara politik, karena persaingan yang semakin ketat antara Washington dan Beijing berisiko memecah dunia menjadi dua kelompok yang berlawanan.

"Jika dunia akan terbagi menjadi blok-blok, masuk lebih baik daripada keluar," kata Deborah Elms, kepala kebijakan perdagangan di Hinrich Foundation.

Mengapa Malaysia dan Thailand ingin bergabung dengan BRICS?

Menurut Rahman, China sudah menjadi mitra dagang terbesar bagi Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan juga merupakan sumber bantuan pembangunan terbesar bagi beberapa negara di kawasan tersebut.

Bagi Anwar Ibrahim, bergabung dengan BRICS dapat menjadi cara untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau investasi bagi negara Asia Tenggara tersebut.

"Niat untuk bergabung dengan BRICS dapat mendorong negara-negara Barat untuk meningkatkan investasi mereka di Malaysia, atau bahkan mendorong [Malaysia] untuk mempertimbangkan untuk mengajukan keanggotaan dalam aliansi yang berpihak pada Barat, seperti OECD," jelas Wen Chong Cheah, seorang analis Asia-Pasifik di Economist Intelligence Unit.

Baca Juga: Hapus Postingan PM Malaysia Anwar Ibrahim, Begini Respons Meta

Industri semikonduktor Malaysia juga dapat memperoleh keuntungan dari hubungan yang lebih erat dengan China dan India, karena kedua pasar konsumen raksasa tersebut dapat membeli lebih banyak barang elektronik buatan Malaysia, jelas Cheah. 

Keanggotaan BRICS juga dapat meningkatkan pariwisata dari negara-negara anggota, khususnya China dan India.

Thailand mungkin juga tertarik pada BRICS sebagai cara untuk menghidupkan kembali ekonominya yang sedang lesu. 

Pertumbuhan ekonomi Thailand melambat baru-baru ini karena industri pariwisata negara itu masih berjuang untuk pulih dari pandemi COVID. 

Mengutip China Daily, pada KTT Menteri Luar Negeri BRICS yang diadakan awal Juni lalu di Rusia, Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa mengatakan bahwa semakin cepat calon mitra BRICS baru diikutsertakan, semakin kuat suara BRICS di panggung dunia. 

Kabinet Thailand mendukung permohonan negara tersebut untuk menjadi anggota BRICS pada bulan Mei.

Baca Juga: Vladimir Putin Kritik Perilaku Kolonialisme Negara Barat

"Saya sangat menghargai dukungan Anda terhadap keanggotaan penuh Thailand, dan berharap hal itu dapat diumumkan pada KTT BRICS mendatang pada bulan Oktober di Rusia," kata Maris dalam pidatonya.

James Chin, profesor Studi Asia di Universitas Tasmania di Australia, mengatakan Malaysia dan Thailand sama-sama "mencari platform untuk menyuarakan pendapat mereka". 

Menurutnya, BRICS secara luas dipandang sebagai platform negara-negara berkembang.

"Bagi Malaysia, bergabung dengan BRICS merupakan bagian dari strateginya untuk melakukan lindung nilai dan tidak hanya mengandalkan satu mitra eksternal," kata Julia Roknifard, asisten profesor di Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Nottingham Malaysia.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×