Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DAVOS, Swiss. Pengusaha asal Amerika Serikat, Frank McCourt menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan pihak lain dalam mengajukan penawaran atas operasi TikTok di AS.
Namun, ia menegaskan bahwa ia harus tetap memegang kendali atas aset tersebut.
Pernyataan ini disampaikan McCourt di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Kamis.
Baca Juga: Ini 2 Saham Favorit Para Miliarder yang Mungkin Anda Tertarik Beli
McCourt tidak mengungkapkan rincian terkait sumber pendanaannya, tetapi mengatakan bahwa sejumlah firma ekuitas swasta dan kantor keluarga telah menawarkan opsi pendanaan.
"Modal bukan masalah di sini. Masalahnya adalah menunggu (induk TikTok) ByteDance, atau pemerintah China untuk mengambil keputusan tentang masa depan TikTok di AS," kata McCourt.
Fleksibilitas dalam penawaran yang banyak dibicarakan ini muncul tak lama setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin lalu untuk menunda penerapan larangan terhadap aplikasi video pendek asal China tersebut selama 75 hari.
Baca Juga: Remaja Bakar Rumah Anggota DPR AS Akibat TikTok Diblokir
Trump juga menyatakan keinginannya agar AS memiliki 50% kepemilikan dalam usaha patungan TikTok dan membuka peluang bagi miliarder seperti Elon Musk atau Larry Ellison, ketua Oracle, untuk membeli aplikasi media sosial tersebut.
Grup advokasi milik McCourt, Project Liberty, telah mengajukan tawaran untuk membeli aset TikTok di AS pada awal Januari dengan rencana menjalankan aplikasi itu di atas teknologi mereka sendiri yang memungkinkan pengguna untuk memilih bagaimana data mereka digunakan dan dibagikan.
TikTok sendiri telah menggugat larangan tersebut, tetapi Mahkamah Agung AS mendukung keputusan larangan itu pada pekan lalu.
Baca Juga: Perusahaan Pangeran Saudi Incar Investasi TikTok di Tengah Spekulasi Akuisisi Musk
Daftar Penawar
Prospek untuk memiliki salah satu platform berbagi video paling dikenal di dunia, atau setidaknya audiens AS-nya, telah menarik perhatian banyak pihak, mulai dari dunia keuangan, teknologi, hingga hiburan.
Beberapa nama di lingkaran Trump, atau mereka yang memiliki hubungan dekat dengannya, telah dikaitkan dengan TikTok sejak larangan AS mulai menjadi kemungkinan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, misalnya, pada Maret lalu menyatakan bahwa ia sedang membentuk konsorsium investor untuk mengajukan tawaran atas TikTok.
Pihak lain yang menunjukkan minat termasuk CEO Kingdom Holding, perusahaan investasi milik Pangeran Saudi Alwaleed Bin Talal, hingga konsorsium investor AS yang mencakup Jimmy Donaldson, yang lebih dikenal dengan nama "MrBeast."
Baca Juga: Donald Trump Tandatangani Perintah Eksekutif Tentang Gender, Tapi Ada Kekeliruan?
Namun, apa sebenarnya yang mereka coba beli masih menjadi misteri, terutama sebelum para penawar menjawab pertanyaan terkait bagaimana mereka akan membiayai kesepakatan tersebut.
Menurut McCourt, investor TikTok saat ini telah menunjukkan dukungan dengan menyatakan minat untuk tetap memiliki sebagian atau seluruh saham dalam kesepakatan tersebut, yang berpotensi mengurangi jumlah modal yang diperlukan untuk menyelesaikan pembelian, yang diperkirakan bisa mencapai US$20 miliar tanpa menyertakan algoritma TikTok.
Dukungan
Dalam pertemuan dengan Komite Khusus DPR AS untuk China pada awal pekan ini, McCourt dan rekan penawarannya, Kevin O'Leary, menerima jaminan bahwa para anggota parlemen dari kedua kubu politik di AS berkomitmen untuk memastikan proses divestasi yang memenuhi kriteria.
"Saya mendapat kesan yang sangat jelas bahwa Kongres AS cukup bersatu dalam menegakkan undang-undang dan memastikan larangan atau penjualan TikTok AS," kata McCourt.
Baca Juga: MrBeast, Konten Kreator No 1 di Dunia Berminat Akuisisi TikTok
Bagi McCourt, yang mengaku belum pernah menggunakan TikTok, aset yang paling menarik dari aplikasi ini adalah pengguna, data, dan mereknya.
Tawaran McCourt untuk TikTok tidak mencakup pembelian algoritma sistem rekomendasi TikTok, yang menjadi inti popularitas aplikasi tersebut.
Ia berencana memindahkan 170 juta pengguna TikTok di AS ke platform Project Liberty dengan infrastruktur digital yang berbasis di AS.
McCourt memperkirakan proses migrasi ini dapat selesai dalam waktu satu tahun jika kesepakatan tercapai.
McCourt mengatakan ia fleksibel terkait pengaturan keuangan kepemilikan, selama ia tetap dapat mempertahankan kendali dan memindahkan pengguna TikTok ke infrastruktur digital yang dikembangkan oleh Project Liberty.
"Ini bukan hanya tentang siapa yang akan membayar paling banyak," katanya. "Ini tentang siapa yang dapat memenuhi kriteria ketat yang ditetapkan dalam undang-undang dan ditegaskan kembali oleh Mahkamah Agung."