kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Investor AS beli saham Bank Lloyds milik Inggris


Selasa, 17 September 2013 / 16:09 WIB
Investor AS beli saham Bank Lloyds milik Inggris
ILUSTRASI. Pokak memberikan dampak positif untuk kesehatan, salah satunya meredakan asam urat.


Sumber: The Telegraph | Editor: Dikky Setiawan

LONDON. Pemerintah Inggris memastikan akan melepas 6% kepemilikan sahamnya di Lloyds Banking Grup. Nilai penjualan tersebut diperkirakan mencapai £ 3,3 miliar.

Seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut, menyebutkan, investor asal Amerika Serikat telah ditetapkan sebagai pembeli setengah dari 6% saham Pemerintah Inggris di Lloyds.

Menurut sang sumber, investor institusi dan hedge fund asal AS itu, telah menyodorkan harga penawaran jauh di atas ekspektasi. Namun, belum diketahui, siapa investor AS yang dimaksud.

Sumber mengatakan, pada tingkat harga tertentu, investor AS bisa membeli sebanyak setengah dari 4,2 miliar saham Bank Llyods yang ditawarkan.

Penjualan saham Bank Llyods harus dilakukan pemerintah Inggris untuk membantu pemulihan ekonomi di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.

“Itu pertaruhan mereka pada ekonomi Inggris," kata sumber yang enggan disebut identitasnya itu.

Pemerintah Inggris menerima saham di Lloyds setelah mengucurkan dana bailout kepada bank tersebut sebesar £21 miliar pada bulan Oktober 2008.

Sisa saham Inggris tinggal 32,7%

Jika penjualan saham pemerintah di Llyods terwujud, hal ini bisa menjadi penilaian positif bagi Menteri Keuangan Inggris, George Osborne.

Pejabat berusia 42 tahun itu kemungkinan akan menggunakan hasil penjualan saham pemerintah di Llyods untuk menekankan bahwa kebijakan ekonominya bekerja.

Senin malam, Osborne menyatakan bahwa pemerintah Inggris sepakat menjual 6% sahamnya di Lloyds. Langkah ini akan mengurangi kepemilikan saham pemerintah Inggris di Lloyds dari 38,7% menjadi 32,7%.

Menteri Keuangan telah memberikan lampu hijau kepada UK Financial Investments (UKFI )-yang mengelola saham Departemen Keuangan Inggris di Lloyds dan Royal Bank of Scotland-untuk memulai proses penjualan saham tersebut.

BoA Merrill Lynch, JP Morgan Cazenove dan UBS ditunjuk menjadi penjamin emisi atau pelaksana proses penjualan saham Llyods tersebut.

Ketiga bank akan memberikan penilaian harga yang berbeda untuk saham Llyods, sebelum merekomendasikan kepada UKFI pada level berapa harga saham tersebut harus dijual.

Hingga tadi malam, proses penjaminan emisi saham Llyods masih terus berlangsung, dan kemungkinan akan selesai pada Selasa pagi ini (17/9).

Harga diperkirakan 75 pence

Masing-masing dari tiga bank penjamin emisi telah menyepakati tidak mendapatkan pembayaran dari Pemerintah Inggris atas penjualan saham Llyods. Namun, mereka akan menerima komisi dari hasil penjualan saham tersebut.

Sumber menyebutkan, permintaan terhadap saham Llyods sangat tinggi, dengan saham diperkirakan akan dijual pada harga 75 pence atau di atasnya.  

"Yang membuat saya terkejut adalah mereka (Departemen Keuangan Inggris) tidak memilih menjual 10% sahamnya di Llyods. Sebab, saya melihat ada nafsu yang besar terhadap saham Llyods. Tidak hanya di Inggris, tetapi juga di luar negeri,” ungkap seorang Fund Manajer yang meminta namanya tidak dikutip.

Ian Gordon, Pengamat Perbankan dari Investec berharap, harga saham Llyods akan dijual dengan diskon yang kecil.

"Ini mengingat harga saham Lloyds telah naik 54% sejak awal tahun. Saham harus dijual di atas rata-rata 73,6 pence,” katanya.

Catatan saja, penjualan saham pemerintah Inggris di Llyods atas petunjuk lembaga Dana Moneter Internasional (IMF).

IMF meminta pemerintah Inggris untuk melepas kepemilikan sahamnya di Royal Bank of Scotland (RBS) dan Lloyds setelah menalangi Inggris saat krisis keuangan tahun 2008.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×