Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Salah satu investor terkaya pendukung Donald Trump, Bill Ackman, memperingatkan bahwa kebijakan tarif perdagangan yang baru diumumkan oleh presiden Amerika Serikat Donald Trump dapat memicu kehancuran ekonomi yang sangat parah.
Ia mendesak Trump untuk menunda penerapan tarif guna memberikan waktu bagi negara-negara lain untuk merundingkan kembali hubungan perdagangan dengan AS.
Peringatan ini disampaikan di tengah gejolak pasar, yang juga diperkuat oleh Ketua JPMorgan Chase, Jamie Dimon. Dimon menyoroti risiko kenaikan harga bagi konsumen Amerika akibat kebijakan tarif tersebut.
Baca Juga: Ini Ramalan Ekonomi AS di 2025 Setelah Trump Menjadi Presiden, Baik atau Buruk?
Meskipun mendapat kritik dari berbagai pihak, Trump tetap membela kebijakan tarifnya. Ia menegaskan bahwa langkah ini diperlukan untuk memperbaiki perekonomian AS melalui peningkatan lapangan kerja dan investasi.
Namun, para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan ini justru dapat menyebabkan lonjakan harga bagi warga Amerika dan meningkatkan ketegangan perdagangan global.
Pada hari Senin, pasar saham di Eropa dan Asia mengalami penurunan sebagai respons terhadap kebijakan tarif yang diumumkan Trump pekan lalu.
Dalam unggahannya di platform X pada hari Minggu, Ackman mengakui bahwa sistem perdagangan global selama ini merugikan AS. Namun, ia mengkritik kebijakan tarif Trump yang dianggap "besar-besaran dan tidak proporsional", serta tidak membedakan antara sekutu dan rival Amerika.
Baca Juga: HKI Minta Pemerintah Gandeng Industri Hadapi Dampak Tarif AS
Ackman, pendiri perusahaan pengelola dana lindung nilai Pershing Square, sebelumnya dikenal sebagai pendukung Partai Demokrat. Namun, pada Juli 2024, ia menyatakan dukungannya terhadap Trump, yang dianggap sebagai dukungan elektoral penting dari kalangan bisnis.
Trump telah mengumumkan tarif "dasar" sebesar 10% untuk semua impor ke AS, dengan tarif lebih tinggi hingga 50% yang berlaku bagi sejumlah negara, termasuk pusat-pusat manufaktur utama di Asia.
Beberapa negara telah menyatakan akan merespons kebijakan ini, dengan China mengumumkan tarif balasan atas produk impor dari AS.