Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – TEL AVIV/DUBAI. Ketegangan di Timur Tengah memanas. Iran menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menekan Israel agar segera melakukan gencatan senjata, menyusul perang udara yang telah berlangsung selama empat hari dan memakan korban jiwa di kedua belah pihak.
"Jika Presiden Trump sungguh-sungguh ingin mengedepankan diplomasi, maka langkah selanjutnya sangat menentukan. Israel harus menghentikan agresinya," kata Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dalam pernyataan di platform X, Senin (16/6).
Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Dunia Terancam Tembus US$130 per Barel
"Tanpa penghentian total agresi militer terhadap kami, respons kami akan terus berlanjut. Hanya satu panggilan dari Washington yang bisa membungkam Netanyahu dan itu bisa membuka jalan bagi diplomasi."
Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Iran telah meminta Qatar, Arab Saudi, dan Oman untuk mendesak Trump agar menekan Israel menerima gencatan senjata.
Sebagai imbalannya, Iran menyatakan akan bersikap lebih fleksibel dalam negosiasi nuklir.
Namun, di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru menyatakan negaranya tengah berada "di jalur menuju kemenangan".
Dalam kunjungan ke pangkalan udara, ia menegaskan dua tujuan utama Israel: menghancurkan program nuklir Iran dan melumpuhkan sistem misilnya.
"Kami serukan kepada warga Teheran: 'Mengungsi-lah.' Dan kami sedang bertindak," tegas Netanyahu.
Baca Juga: Great Eastern Nilai Konflik Israel-Iran Dapat Berdampak bagi Asuransi Marine Cargo
Serangan Terbesar Sejak Revolusi 1979
Israel meluncurkan serangan udara kejutan pada Jumat lalu, menewaskan hampir seluruh jajaran tertinggi militer Iran serta sejumlah ilmuwan nuklirnya.
Israel mengklaim telah menguasai wilayah udara Iran dan berencana meningkatkan intensitas serangan dalam beberapa hari ke depan.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan salah satu serangan misil paling mematikan dalam sejarah konflik antara kedua negara.
Beberapa rudal berhasil menembus sistem pertahanan berlapis Israel dan menewaskan warga sipil di Tel Aviv dan Haifa.
Total korban jiwa di pihak Iran telah mencapai lebih dari 224 orang, sebagian besar adalah warga sipil.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Bisa Mengancam Defisit Fiskal Hingga Inflasi Barang Impor
Media Iran menampilkan gambar anak-anak, perempuan, dan lansia yang terluka. Stasiun TV pemerintah menayangkan bangunan presiden yang runtuh, mobil hangus, dan jalanan hancur di pusat kota Teheran.
Warga dilaporkan berusaha mengungsi, dengan antrean panjang di SPBU dan ATM yang kehabisan uang tunai.
"Saya putus asa. Anak-anak saya ketakutan dan tidak bisa tidur karena suara ledakan," kata Gholamreza Mohammadi (48), pegawai negeri, kepada Reuters melalui sambungan telepon dari Teheran.
"Kami hanya bisa bersembunyi di bawah meja makan."
Sementara di Israel, 24 warga sipil dilaporkan tewas akibat serangan balasan Iran. Tayangan televisi memperlihatkan tim penyelamat mencari korban di reruntuhan rumah yang hancur.
“Yang menakutkan adalah ketidakpastian ini. Apakah ini akan berlangsung lama, atau justru makin buruk? Kami tidak tahu,” kata Guydo Tetelbaum (31), seorang koki di Tel Aviv.
Baca Juga: Ini 9 Negara Pemilik Senjata Nuklir di Tahun 2025, Tak Ada Nama Iran
Negosiasi Nuklir Mandek, Iran Pertimbangkan Keluar dari NPT
Presiden Trump kembali menegaskan bahwa satu-satunya jalan damai adalah jika Iran menerima pembatasan ketat atas program nuklirnya.
Namun, rencana pembicaraan damai yang dijadwalkan pada Minggu di Oman dibatalkan. Teheran menegaskan tidak akan bernegosiasi saat mereka tengah diserang.
Parlemen Iran bahkan sempat mengusulkan untuk keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), langkah yang akan menjadi pukulan telak bagi diplomasi nuklir global.
Sebelum fajar Senin, rudal-rudal Iran menghantam Tel Aviv dan Haifa, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.
Garda Revolusi Iran menyatakan telah menggunakan taktik baru untuk mengacaukan sistem pertahanan udara Israel, yang membuat beberapa lapisan sistem Israel justru menargetkan satu sama lain.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu: Israel Menyerang Iran untuk Menyelamatkan Dunia
Harga Minyak Naik, Tekanan Ekonomi Iran Meningkat
Harga minyak sempat melonjak tajam pada Jumat karena kekhawatiran gangguan pasokan dari Teluk.
Namun, pada Senin harga sedikit mereda karena pasar memperkirakan ekspor energi Iran masih aman meskipun fasilitas domestik mereka telah diserang.
Krisis ini menjadi ujian terberat bagi stabilitas politik Iran sejak Revolusi Islam 1979. Jaringan sekutu regional Iran seperti Hamas dan Hezbollah dilaporkan telah lumpuh akibat serangan Israel sejak perang di Gaza dimulai.
Netanyahu menegaskan bahwa menggulingkan rezim Iran bukan tujuan utama, namun "itu bisa menjadi konsekuensi dari operasi militer ini."
Di tengah kekacauan, nilai tukar rial Iran anjlok 10% terhadap dolar AS. Warga mulai meninggalkan Teheran.
“Saya dan keluarga pindah ke Damavand untuk sementara. Di sini tidak ada sirine peringatan, tidak ada tempat perlindungan. Kenapa kami harus menanggung akibat dari kebijakan Republik Islam?” kata Arshia (29), guru seni, yang tidak ingin menyebut nama belakangnya karena khawatir terhadap aparat.