kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Isu Deforestasi Merebak, Nestle hingga P&G Investigasi Minyak Sawit Asal Indonesia


Rabu, 13 November 2024 / 03:10 WIB
Isu Deforestasi Merebak, Nestle hingga P&G Investigasi Minyak Sawit Asal Indonesia
ILUSTRASI. Nestle dan Procter & Gamble, mengatakan pihaknya melakukan investigasi sumber minyak kelapa sawit asal Indonesia. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Procter & Gamble mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan menyusul temuan RAN dan segera menangguhkan sumber dari GSS dan ATAK.

Royal Golden Eagle Group (RGE) yang berbasis di Singapura, Musim Mas, dan perusahaan Indonesia Permata Hijau juga mengambil minyak sawit dari GSS, kata RAN.

Apical, unit RGE, mengatakan perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan GSS untuk menyelidiki pemasok yang diduga mengambil tandan buah segar ilegal dari cagar alam tersebut. GSS telah menangguhkan pemasok tersebut sejak akhir Oktober hingga penyelidikan selesai, kata Apical.

Musim Mas mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki temuan RAN. Permata Hijau, Mondelez, dan Pepsi tidak menanggapi beberapa permintaan komentar melalui email. 

Setidaknya 10 mil persegi deforestasi telah terjadi di dalam batas-batas Cagar Alam Rawa Singkil sejak 2016 karena perkebunan kelapa sawit, karet, dan jagung.

Indonesia, rumah bagi hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, mengatakan telah mengurangi laju deforestasinya menjadi di bawah 140.000 hektar per tahun antara tahun 2020 dan 2023. Angka ini turun dari 400.000 hektar pada tahun 2016-2020.

Tonton: Pemerintah Akan Memburu Pengusaha Sawit Nakal Pengemplang Pajak

Namun, RAN mengatakan penyelidikannya menunjukkan bahwa deforestasi di dalam cagar alam tersebut melonjak empat kali lipat pada tahun 2021-2023 dibandingkan dengan periode sebelumnya, meskipun ada undang-undang yang melarang deforestasi. 

"Citra beresolusi tinggi dan analisis tersebut secara definitif menunjukkan bahwa pabrik kelapa sawit, pedagang, dan merek global yang bersumber dari daerah ini telah gagal mengakhiri deforestasi untuk minyak kelapa sawit di 'Ibu Kota Orangutan Dunia'," kata RAN dalam laporannya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×