kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi bumerang, Thailand cabut larangan unjuk rasa


Kamis, 22 Oktober 2020 / 13:26 WIB
Jadi bumerang, Thailand cabut larangan unjuk rasa
ILUSTRASI. Pada Kamis (22/10/2020), pemerintah Thailand membatalkan dekrit darurat yang bertujuan untuk mengakhiri aksi unjuk rasa. REUTERS/Peeradon Ariyanukooltorn


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pada Kamis (22/10/2020), pemerintah Thailand membatalkan dekrit darurat yang bertujuan untuk mengakhiri aksi unjuk rasa yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan terhadap pemerintah dan monarki.

Dekrit tersebut menjadi bumerang karena semakin mengobarkan kemarahan warga Thailand dan mendorong puluhan ribu orang melakukan aksi turun jalan-jalan Bangkok.

Reuters memberitakan, pernyataan pemerintah yang diterbitkan dalam Royal Gazette resmi mengatakan bahwa pada pukul 12 malam langkah-langkah yang mencakup larangan pertemuan politik lima orang atau lebih dan penerbitan berita yang dapat mempengaruhi keamanan, diakhiri.

"Situasi kekerasan saat ini, yang mengarah pada pengumuman situasi parah telah mereda dan berakhir pada situasi di mana pejabat pemerintah dan lembaga negara dapat menegakkan hukum reguler," demikian bunyi pernyataan itu.

Baca Juga: Thailand kembali menyambut kedatangan turis asing saat protes di Bangkok memanas

Satu-satunya insiden spesifik yang diberikan untuk pelarangan itu adalah saat konvoi Ratu Suthida diejek oleh pengunjuk rasa. Akan tetapi, hal itu terjadi setelah protes yang menjadi tantangan terbesar selama bertahun-tahun bagi Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan Raja Maha Vajiralongkorn.

Para pengunjuk rasa yang memberikan tenggat waktu tiga hari kepada Prayuth untuk mengundurkan diri mengatakan, langkah pemerintah yang mencabut dekrit darurat belum lah cukup.

Baca Juga: Thailand bredel stasiun TV karena sering siarkan unjuk rasa

“Dia masih berusaha untuk tetap berkuasa sambil mengabaikan semua tuntutan orang. Keputusan darurat seharusnya tidak dikeluarkan sejak awal," jelas Sirawith " Ja New" Seritiwat, salah satu pemimpin unjuk rasa.

Mengutip Reuters, puluhan pengunjuk rasa telah ditangkap. Itu termasuk sejumlah pemimpin aksi protes paling terkenal di Thailand.

Di antara mereka adalah Patsaravalee "Mind" Tanakitvibulpon, yang dibebaskan pada Kamis setelah ditangkap sehari sebelumnya. Patsaravalee, 25 tahun, mengatakan kepada wartawan setelah dibebaskan bahwa pengadilan menganggap tuduhan itu tidak serius dan bahwa dia masih perlu menghadiri kelas dan ujian. Sehingga kebebasannya tidak harus menyerahkan jaminan apa pun.

Baca Juga: Polisi Thailand perintahkan penyelidikan terhadap media karena meliput demonstran

Para pengunjuk rasa mengatakan Prayuth mencurangi pemilihan tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang direbutnya dalam kudeta 2014. Prayuth sendiri membantah tudingan itu. 

Istana Thailand memiliki kebijakan untuk tidak memberikan pernyataan kepada media.

Selanjutnya: Thailand krisis, KBRI siap evakuasi WNI




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×