kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jalankan aksi balas dendam, China targetkan jurnalis dari media AS


Kamis, 02 Juli 2020 / 13:06 WIB
Jalankan aksi balas dendam, China targetkan jurnalis dari media AS
ILUSTRASI. Logo jaringan televisi CBS. REUTERS/Shannon Stapleton/File Photo


Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Makin memanas. Dua katal ini menggambarkan situasi hubungan antara China dengan Amerika beberapa hari terakhir. Kini, hubungan kedua negara kian meruncing setelah China meresmikan UU Ketahanan Nasional Hong Kong.

Melansir South China Morning Post, China menargetkan lebih banyak media AS di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antara kedua negara menyusul diperkenalkannya undang-undang keamanan nasional Hong Kong.

Kebijakan itu merupakan aksi balasan China setelah Amerika pada pekan lalu, Washington mengatakan akan mulai memperlakukan empat outlet media utama China lainnya -stasiun televisi milik pemerintah China yakni China Central Television; China News Service; People's Daily, corong resmi Partai Komunis Tiongkok; dan Global Times, sebuah tabloid yang diterbitkan oleh People's Daily- sebagai misi asing.

Baca Juga: UU keamanan berlaku, Inggris tawarkan kewarganegaraan pada jutaan warga Hong Kong

Kementerian luar negeri China mengatakan pada hari Rabu (1/7/2020) bahwa pemerintah telah meminta empat outlet media AS yang hadir di negara itu untuk mengirimkan informasi tentang kegiatan operasional mereka di China.

Juru bicara Kementerian Zhao Lijian menyebut empat media yaitu Associated Press, CBS, National Public Radio dan United Press International, sebagai perusahaan media yang diharuskan menyerahkan informasi secara tertulis dalam waktu tujuh hari.

Baca Juga: Informasi penting soal Hukum Keamanan Nasional Hong Kong yang kontroversial

Zhao mengatakan Beijing terpaksa mengambil tindakan balasan sebagai tanggapan atas "penindasan yang tidak masuk akal" terhadap media Tiongkok di AS dan langkah itu adalah "pertahanan yang sepenuhnya sah".

"Apa yang telah dilakukan AS didasarkan pada mentalitas perang dingin dan bias ideologis, dan telah sangat merusak reputasi dan citra media China," katanya seperti yang dilansir South China Morning Post.

Sekadar mengingatkan, melansir Reuters, sebelumnya Amerika Serikat sudah melakukan pembatasan operasi empat media China di AS. Salah satunya dengan memangkas jumlah karyawan China yang diizinkan untuk bekerja di kantor-kantor media utama milik pemerintah China. Hal ini dimaksudkan sebagai balasan terhadap Beijing karena dinilai melakukan intimidasi dan pelecehan terhadap jurnalis yang sudah berlangsung lama.

AS menilai adanya penindasan yang semakin dalam pada semua bentuk pelaporan independen di China. Pejabat AS juga mengatakan serangan Beijing terhadap kebebasan berbicara lebih buruk dibanding kondisi pada satu dekade yang lalu.

Baca Juga: China rilis film dokumenter yang menggambarkan sifat brutal serangan teroris Xinjiang

Dengan aturan ini maka mulai 13 Maret 2020, Washington membatasi jumlah karyawan Kantor Berita Xinhua, China Global Television Network, China Radio International, dan China Daily Distribution Corp yang berbasis di AS dari sebelumnya 160 orang menjadi 100 orang.

Memang sebelumnya, China mencabut visa tiga wartawan Wall Street Journal di Beijing setelah surat kabar itu menolak untuk meminta maaf atas kolom dengan tajuk berita yang menyebut Cina "orang sakit Asia yang sebenarnya".

Sebelumnya Wartawan lain dari surat kabar tersebut juga harus angkat kaki dari China pada tahun lalu usai perpanjangan visanya ditolak.




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×