Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LOS ANGELES. Impor peti kemas ke Amerika Serikat mengalami lonjakan signifikan pada April. Ini seiring dengan upaya perusahaan-perusahaan untuk menghindari tarif baru yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Tarif bea masuk sebesar 145% untuk barang-barang asal China mendorong perusahaan-perusahaan untuk mempercepat pengiriman sebelum tarif ini berlaku sepenuhnya. Meskipun demikian, para eksekutif di dua pelabuhan tersibuk AS menyebutkan bahwa tren ini diperkirakan akan berbalik pada bulan Mei.
Pada April, impor peti kemas tercatat melonjak sebesar 9,1% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai 2,4 juta unit ekuivalen 20 kaki (TEU). Angka tertinggi kedua yang pernah tercatat pada bulan tersebut. Descartes, penyedia teknologi rantai pasokan, melaporkan bahwa impor dari China, mitra dagang utama AS, melonjak 6,2% dan menyumbang 33,4% dari seluruh impor pada bulan itu.
Baca Juga: Pemindahan Terminal Petikemas Makassar ke Makassar New Port Tuntas Tahun 2027
Pada 9 April 2025, Trump mengenakan tarif bea masuk sebesar 145% terhadap barang-barang dari China, yang lebih dari dua kali lipatkan biaya barang tersebut bagi konsumen AS. Keputusan ini mendorong pengecer besar seperti Walmart dan Amazon.com, serta importir lainnya, untuk menangguhkan atau membatalkan sebagian pesanan pabrik mereka. Selain itu, tarif 10% juga diterapkan terhadap barang dari negara-negara lain dengan kemungkinan tarif yang lebih tinggi lagi.
Gene Seroka, Direktur Eksekutif Pelabuhan Los Angeles dikutip Reuters mengatakan, kargo impor di pelabuhan tersebut akan turun 35% pada minggu ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Secara keseluruhan, pelabuhan-pelabuhan besar di AS, seperti Pelabuhan Los Angeles dan Long Beach, yang berperan penting dalam distribusi barang dari China, akan mengalami penurunan volume hingga 20% pada bulan Mei.
CEO Pelabuhan Long Beach, Mario Cordero memperkirakan volume impor pada bulan Mei turun sekitar 20% dibandingkan tahun lalu. Menurut Descartes, ketidakstabilan dalam kebijakan perdagangan AS, balasan dari mitra dagang, serta ketegangan yang terus berlanjut di Timur Tengah dan Eropa Timur, dapat menambah risiko gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan global.
"Dampak penuh dari tarif ditambah dengan berakhirnya pengecualian de minimis pada 2 Mei belum tercermin sepenuhnya dalam volume impor barang dari China," ujar Descartes. Ini merujuk pada akses bebas bea yang sebelumnya diberikan untuk pengiriman bernilai rendah dari China dan Hong Kong.
Baca Juga: Di Tengah Ancaman Tarif, Vietnam Catat Rekor Ekspor ke AS dan Impor dari China