kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.442   107,00   0,66%
  • IDX 7.936   30,42   0,38%
  • KOMPAS100 1.106   -3,16   -0,28%
  • LQ45 813   -4,14   -0,51%
  • ISSI 266   0,45   0,17%
  • IDX30 421   -2,53   -0,60%
  • IDXHIDIV20 488   -3,70   -0,75%
  • IDX80 123   -0,68   -0,55%
  • IDXV30 131   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 136   -1,35   -0,98%

Jepang Membutuhkan Paket Stimulus 10 Triliun Yen


Senin, 23 Maret 2009 / 15:08 WIB
Jepang Membutuhkan Paket Stimulus 10 Triliun Yen


Sumber: Bloomberg |

TOKYO. Perdana Menteri Jepang Taro Aso kemungkinan membutuhkan paket stimulus senilai lebih dari 10 triliun yen atau setara dengan US$ 104 miliar untuk mendukung perekonomian dalam menghadapi resesi yang paling buruk sejak Perang Dunia II.

Menteri Keuangan Kaoru Yosano kemarin menegaskan, paket sebesar 20 triliun yen "tak keluar batas" setelah perekonomian menyusut ke level yang cukup besar dalam 30 tahun belakangan di kuartal terakhir lalu.

"Pada dasarnya tidak ada jalan keluar kecuali dengan bantuan pemerintah," tegas Martin Schulz, Senior Economist untuk Fujitsu Research Institute di Tokyo. "Sangat penting bagi Jepang untuk membuat perekonomian domestik terus menggelinding," tambahnya.

Yosano menunjuk kebijakan pemerintah mampu menyurung saham-saham di Nikkei 225 Stock Average naik 3,4%. Bulan ini, Aso meminta adanya pengeluaran anyar bertambah menjadi 10 triliun yen.

"Ini bukanlah situasi dimana pengeluaran untuk tahun fiskal anyar sebanyak 2-3 triliun yen akan cukuup untuk menyembuhkan perekonomian," kata Yosano.

Para ekonom menggunakan gap produksi nasional; takaran keseimbangan antara suplai dan permintaan dalam perekonomian, sebagai satu indikasi seberapa besar paket stimulus yang sesungguhnya dibutuhkan. Schulz memprediksi permintaan domestik Jepang akan anjlok 2%; sehingga membutuhkan stimulus sebesar 10 triliun yen untuk menambalnya.

"Pengeluaran dalam jumlah itu harusnya memberikan dampak yang cukup substansial dalam perekonomian," kata Seiji Adachi, Senior Economist untuk Deutsche Securities Inc.

Menurut Junko Nishioka dari RBS Securities Japan Ltd. di Tokyo, stimulus yang lebih besar kemungkinan dibutuhkan saat terjadi kemerosotan permintaan global yang tak bisa diprediksikan sebelumnya. "Pemerintah sebaiknya menganggarkan 20 triliun yen untuk menambal selisih suplai-permintaan karena resesi semakin memburuk di Jepang. Hal ini juga dilakukan untuk menekan risiko deflasi," tambahnya.

Untuk catatan saja, selisih suplai-permintaan semakin membesar menjadi 4,1% dalam tiga bulan per 31 Desember lalu. Ini merupakan yang paling besar sejak kuartal pertama di tahun 2003.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×