Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah negara yang masuk ke jurang resesi semakin bertambah. Teranyar, Australia resmi mengalami resesi setelah ekonominya mengalami kontraksi sebesar 6,3% year on year (YoY) pada kuartal II 2020.
Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam waktu 30 tahun terakhir. Berdasarkan Data Biro Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) negara Kanguru ini pada kuartal II turun 7% dibandingkan kuartal pertama 2020. Ini adalah penurunan kuartalan terbesar yang dialami Australia sejak tahun 1959.
Resesi merupakan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi satu negara mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal I, PDB Australia sudah mengalami kontraksi sebesar 0,3%.
Baca Juga: Tahun depan, penerimaan negara bukan pajak diperkirakan turun tipis
Kondisi mengindikasikan bahwa Australia membutuhkan langkah-langkah stimulus yang belum pernah ada sebelumnya untuk mengungkit ekonominya dari jurang resesi.
Australia memang lebih dulu membuka ekonominya setelah melakukan lockdown di awal pandemi Covid-19. Namun, negara ini kembali melakukan penutupan aktivitas ekonomi atau lockdown di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia, pada Juli lantaran melonjaknya kasus Covid-19. Itu membuat pemulihan ekonomi jadi tertunda.
"Meskipun penurunan PDB kuartal lalu tidak jauh lebih besar dari yang diantisipasi bank sentral Reserve Bank oF Australia (RBA), hal itu akan terus menekan bank untuk mengumumkan lebih banyak stimulus,” kata Marcel Thieliant, ekonom senior Capital Economics dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/9).
RBA telah memperluas fasilitas pinjaman untuk bank menjadi AU$ 200 miliar atau setara US$ 147 miliar untuk membantu menjaga suku bunga rendah bagi peminjam dan menjaga aliran kredit. Gubernur RBA Philip Lowe juga mengatakan, pihaknya terus mempertimbangkan langkah-langkah moneter lanjutan untuk mendukung pemulihan.
Baca Juga: Berikut usulan Kemenhub untuk RKA tahun 2021
RBA telah memangkas suku bunga ke rekor terendah 0,25% pada Maret dan menetapkan target yang sama untuk imbal hasil obligasi tiga tahun untuk menurunkan biaya pinjaman di seluruh perekonomian.