kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jumlah negara yang masuk jurang resesi ekonomi semakin banyak


Rabu, 02 September 2020 / 16:37 WIB
Jumlah negara yang masuk jurang resesi ekonomi semakin banyak
ILUSTRASI. FILE PHOTO: An Australia Dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jumlah negara yang masuk ke jurang resesi semakin bertambah. Teranyar, Australia resmi mengalami resesi setelah ekonominya mengalami kontraksi sebesar 6,3% year on year (YoY) pada kuartal II 2020.

Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam waktu 30 tahun terakhir. Berdasarkan Data Biro Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) negara Kanguru ini pada kuartal II turun 7% dibandingkan kuartal pertama 2020. Ini adalah penurunan kuartalan terbesar yang dialami Australia sejak tahun 1959.

Resesi merupakan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi satu negara mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal I, PDB Australia sudah mengalami kontraksi sebesar 0,3%.

Baca Juga: Tahun depan, penerimaan negara bukan pajak diperkirakan turun tipis

Kondisi mengindikasikan bahwa Australia membutuhkan langkah-langkah stimulus yang belum pernah ada sebelumnya untuk mengungkit ekonominya dari jurang resesi.

Australia memang lebih dulu membuka ekonominya setelah melakukan lockdown di awal pandemi Covid-19. Namun, negara ini kembali melakukan penutupan aktivitas ekonomi atau lockdown di Melbourne, kota terbesar kedua di Australia, pada Juli lantaran melonjaknya kasus Covid-19. Itu membuat pemulihan ekonomi jadi tertunda.

"Meskipun penurunan PDB kuartal lalu tidak jauh lebih besar dari yang diantisipasi bank sentral Reserve Bank oF Australia (RBA), hal itu akan terus menekan bank untuk mengumumkan lebih banyak stimulus,” kata Marcel Thieliant, ekonom senior Capital Economics dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/9).

RBA telah memperluas fasilitas pinjaman untuk bank menjadi AU$ 200 miliar atau setara US$ 147 miliar untuk membantu menjaga suku bunga rendah bagi peminjam dan menjaga aliran kredit. Gubernur RBA Philip Lowe juga mengatakan, pihaknya terus mempertimbangkan langkah-langkah moneter lanjutan untuk mendukung pemulihan.

Baca Juga: Berikut usulan Kemenhub untuk RKA tahun 2021

RBA telah memangkas suku bunga ke rekor terendah 0,25% pada Maret dan menetapkan target yang sama untuk imbal hasil obligasi tiga tahun untuk menurunkan biaya pinjaman di seluruh perekonomian.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×