Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan memperketat pasukan militernya untuk meningkatkan pemantauan gerakan militer Korea Utara terutama di dekat perbatasan laut. Kementerian Pertahanan Korea Selatan menjelaskan, hal tersebut dilakukan setelah ketegangan yang memuncak akibat pembunuhan brutal yang dilakukan Korea Utara itu terhadap seorang warga Korea Selatan.
Seperti diketahui, Selasa (22/9), pasukan Korea Utara menembak petugas perikanan yang terapung di perairan dan membakar tubuhnya. Dia hilang pada hari sebelumnya saat bertugas di dekat pulau perbatasan Laut Kuning Yeonpyeong.
"Militer kami mengeluarkan instruksi pada Kamis yang menyerukan penguatan sikap kesiapan mengenai situasi saat ini," kata Wakil Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Moon Hong-sik kepada wartawan, hari ini.
"Fokusnya adalah pada pemantauan ketat gerakan militer Korea Utara sepanjang waktu dan untuk mempertahankan postur pertahanan yang kokoh untuk bereaksi cepat terhadap semua keadaan guna mencegah peningkatan ketegangan."
Baca Juga: Cegah Covid-19 masuk ke negaranya, Korut tembak mati dan bakar pejabat Korsel
"Kami akan menjaga postur kesiapan militer secara penuh untuk melindungi nyawa dan keselamatan rakyat kami," kata Menteri Pertahanan Suh Wook dalam pidatonya di acara peringatan Hari Angkatan Bersenjata yang diadakan pada hari itu.
"Jika Korea Utara mengancam mereka, kami akan mendapat reaksi keras," tambahnya, tidak menyebutkan secara langsung insiden penembakan itu.
Kritikus dan anggota parlemen oposisi mengecam militer karena tidak melakukan apa pun untuk mencegah pembunuhan brutal tersebut. Peralatan pengintai atau prajurit penjaga tidak melihat pelintas batas pejabat itu. Mereka juga menegaskan bahwa militer tidak melakukan tindakan apapun untuk menyelamatkan warga. Pria itu tewas sekitar enam jam setelah terdeteksi.
Pejabat militer mengatakan butuh waktu lama untuk menganalisis intelijen dari berbagai sumber, dan pihak berwenang tidak menyangka Korut akan melakukan tindakan seperti itu.
Hotline militer antar-Korea juga tidak berfungsi, karena Korea Utara memutus nya pada bulan Juni sebagai protes atas selebaran propaganda anti-rezim yang terbang dari Selatan.
Kementerian pertahanan mengirim pesan ke Korea Utara melalui saluran Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang insiden tersebut, tetapi Korea Utara tetap bungkam, menurut para pejabat.