Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Kepercayaan perusahaan Amerika Serikat (AS) terhadap prospek bisnis di China merosot ke level terendah sejak 1999. Penurunan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik, persaingan domestik yang semakin ketat, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi China.
Hasil survei Kamar Dagang Amerika di Shanghai (AmCham Shanghai) yang dirilis Rabu lalu menunjukkan hanya 41% perusahaan AS yang optimistis terhadap prospek bisnis lima tahun di China.
Angka ini turun enam poin persentase dibanding tahun sebelumnya dan menjadi yang terlemah sejak laporan tahunan AmCham pertama kali diterbitkan.
Baca Juga: Strategi UMKM di Tengah Perang Dagang AS-China ala Konsultan Bisnis Wirson Selo
Survei melibatkan 254 perusahaan anggota dari berbagai sektor. Penelitian dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif baru yang memicu perang dagang timbal balik dengan China.
Meski ketegangan tarif sempat mereda lewat jeda 90 hari, perusahaan tetap menilai kondisi geopolitik sebagai tantangan terbesar. Sebanyak 66% responden menyebut perselisihan AS–China sebagai hambatan utama bisnis dalam tiga hingga lima tahun ke depan.
“Kami menyambut baik jeda ini, tapi masalahnya tidak hilang, masih ada,” kata Eric Zheng, Presiden AmCham Shanghai.
“Ketidakpastian ini menyulitkan perusahaan membuat rencana jangka panjang. Kami berharap kedua pemerintah segera menyelesaikan perbedaan mereka.”
Selain faktor geopolitik, persaingan dari pemain lokal China kini menjadi tantangan kedua terbesar, menggeser perlambatan ekonomi sebagai kekhawatiran utama.
Baca Juga: Negosiasi Tarif AS-China di Jenewa Berlanjut Minggu (11/5) Ini, Belum Ada Terobosan
Meski demikian, kinerja keuangan perusahaan menunjukkan sedikit perbaikan.
Sebanyak 71% perusahaan mencatatkan laba, naik dari rekor terendah tahun lalu, sementara 57% mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan, meningkat dari 50% pada periode sebelumnya.
Namun hanya 45% responden yang memperkirakan pendapatan akan tumbuh pada 2025, dan 64% khawatir tarif baru AS–China akan menekan pendapatan tahun ini.
Di sisi lain, terdapat peningkatan persepsi positif terhadap regulasi di China.
Sebanyak 48% perusahaan menilai lingkungan regulasi lebih transparan, naik 13 poin persentase dari tahun lalu. Jumlah yang percaya regulasi akan lebih terbuka juga melonjak menjadi 41% dari 22%.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Pecah, Ini Negara yang Paling Terdampak
Meski begitu, hanya 12% perusahaan yang masih menempatkan China sebagai tujuan investasi utama—angka terendah sepanjang sejarah survei.
Dalam setahun terakhir, 47% perusahaan mengalihkan investasi yang sebelumnya dialokasikan untuk China, dengan Asia Tenggara menjadi destinasi favorit.