Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi
Nama Ken Griffin tidak asing di kalangan Wall Street. Dia merupakan pendiri hedge fund ternama Citadel LLC. Griffin memulai kariernya sebagai fund manager Citadel sejak tahun 1990 atau pada usia 22 tahun. Namanya mulai berkibar setelah masuk daftar sebagai investor yang berhasil meraih harta jumbo berkat kepiawaiannya mencetak untung tinggi dari pasar modal. Sempat terjepit pada krisis keuangan 1998 dan 2008, bisnis Citadel justru terus membesar.
Cikal bakal gelar miliarder dimulai sejak Kenneth C. Griffin mendirikan perusahaan hedge fund Citadel LLC pada tahun 1990. Nama Griffin terus melambung di kalangan Wall Street seiring kepiawaiannya dalam mengelola investasi.
Selama 12 tahun berkecimpung di dunia investasi, pada Juni 2002 nama Griffin masuk dalam jajaran CFO Magazine Global 100 sebagai salah satu orang paling berpengaruh di sektor keuangan. Semenjak saat itu, Griffin kerap menjadi pesohor di berbagai media.
Nama Griffin pertama kali muncul mengisi halaman Forbes 400 pada tahun 2003. Kala itu, kekayaan bersih Griffin ditaksir mencapai US$ 650 juta di usianya yang memasuki 34 tahun atau masuk sebagai salah satu orang kaya termuda.
Setahun berselang, Fortune menobatkan Griffin sebagai orang terkaya ke-8 di Amerika Serikat (AS) saat masih berusia kurang dari 40 tahun. Sontak, di usia 35 tahun, Griffin menjadi pusat perbincangan di dunia keuangan.
Kekayaan Griffin terus membengkak. Dua tahun setelahnya yakni tahun 2006, Griffin kembali menghiasi Forbes 400 dengan kekayaan bersih Griffin senilai US$ 3 miliar.
Kekayaannya terus bertumpuk lantaran tangan dinginnya yang ahli mencetak cuan. Tahun 2014, kekayaan Griffin melesat lagi menjadi US$ 5,5 miliar.
Citadel LLC yang juga menaungi Citadel Securities dan Citadel Technology terus menyumbang pundi-pundi dollar bagi Griffin. Tahun lalu, Forbes mencatat harta kekayaan bersih Griffin sebesar US$ 7 miliar.
Citadel tumbuh menjadi perusahaan yang kokoh dan diperhitungkan di bisnis hedge fund global. Saat ini Citadel mengelola aset sekitar US$ 25 miliar. Selain ahli menciptakan cuan dari pasar modal, Griffin merupakan pemimpin yang pintar mengelola para karyawannya.
Pada Maret 2015, sebuah ajang Great Places to Work menganugerahi Citadel sebagai perusahaan yang memiliki kantor terbaik di sektor jasa keuangan. Griffin menyadari betul bahwa produktivitas karyawan sejalan dengan kesejahteraan yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu, Griffin menciptakan suasana kerja yang memberikan rasa nyaman. Misal, memberikan makan siang dan tiket wisata museum secara gratis bagi pekerjanya.
Citadel juga rutin menghelat program kebugaran di kantor dan tak ragu memberikan hadiah pribadi kepada karyawan. Meski demikian, Citadel sempat dihantui kekhawatiran pada tahun 1998 pasca krisis utang yang menggulingkan Long Term Capital Management.
Kondisi tersebut mengguncang kestabilan sistem keuangan AS selama beberapa waktu. Di sisi lain, investor yang membenamkan dananya di hedge fund pun dilanda krisis kepercayaan. Investor cemas duit mereka disalahgunakan.
Puncak guncangan melanda Citadel pada saat krisis ekonomi global pada 2008. Beberapa analis bahkan menebar pesimisme dengan mempertanyakan kelangsungan hidup Citadel yang di ujung tanduk. Sama seperti perusahaan investasi lainnya, kala itu Citadel kehilangan lebih dari setengah modal dalam kurun waktu 15 minggu dan investasinya merugi 55%. Griffin menyebut kondisi saat itu sebagai "berbaris menuju jurang".
Namun, sebagai seorang CEO, Griffin tidak lantas pasrah begitu saja. Ia memutar otak mencari jalan keluar untuk menekan risiko. Seiring berjalannya waktu, efek krisis keuangan global surut.
Pada tahun 2011, Citadel berhasil mencetak return lebih dari 20%. Dana-dana investor yang hilang pun mulai kembali. Hingga saat ini, Citadel terus mencetak return tinggi.
(Bersambung)