Sumber: Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara akan mengambil tindakan demi tindakan untuk menghukum Korea Selatan atas selebaran propaganda anti-Pyongyang, Rodong Sinmun, surat kabar utama negara itu, Senin (15/6), melaporkan, setelah adik Pemimpin Kim Jong-un memperingatkan tindakan militer terhadap Seoul.
Korea Utara telah mengkritik Korea Selatan hampir setiap hari dalam beberapa pekan terakhir, mengecam pengiriman selebaran ke negara komunis itu sebagai tindakan bermusuhan yang melanggar serangkaian perjanjian damai.
Pekan lalu, Korea Utara berjanji untuk memutus semua jalur komunikasi antar-Korea sebagai langkah pertama dalam serangkaian upaya yang akan mereka ambil terhadap Korea Selatan.
Baca Juga: Korea Utara ancam tindakan balasan ke Korea Selatan dengan libatkan militer
Pada Sabtu (13/6), Kim Yo Jong, saudari Kim Jong Un, semakin meningkatkan ketegangan dengan mengancam: sudah saatnya untuk memutuskan hubungan dengan Korea Selatan. Dan, dia memberikan instruksi kepada tentara Korea Utara untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghukum Korea Selatan.
"Tindakan pembalasan tanpa henti akan berlanjut," kata Rodong Sinmun, organ partai berkuasa Korea Utara, seperti dikutip kantor berita Korea Selatan Yonhap. "Militer kuat revolusioner kita yang tak terkalahkan akan meluncurkan tindakan yang akan membalas dendam kepada orang-orang kita yang telah menjadi lebih marah dari sebelumnya".
"Ini adalah kemauan yang jelas dari rakyat dan tentara kita bahwa tidak seorang pun harus ditoleransi karena melukai martabat kepemimpinan tertinggi kita," ujar Rodong Sinmun. "Rencana pembalasan dibangun di atas kemarahan yang begitu kuat telah berubah menjadi konsensus nasional kita".
Baca Juga: Situasi Korea Utara-Korea Selatan semakin memanas, ini penyebabnya
Ketegangan terburuk
Rodong Sinmun mengecam Korea Selatan karena melakukan sedikit upaya untuk menghentikan pengiriman selebaran anti-Pyongyang oleh para aktivis, kendati ada kesepakatan untuk mencegah kegiatan semacam itu. Mereka menyalahkan Seoul karena menyebabkan ketegangan "terburuk" di Semenanjung Korea.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan puncak pada April 2018 lalu. Mereka setuju untuk menghentikan semua jenis kegiatan bermusuhan, termasuk pengiriman selebaran propaganda melintasi perbatasan.
"Kebijakan bermusuhan terselubung dan ketidakmampuan pihak berwenang Korea Selatan telah menghasilkan penghancuran total hubungan antar-Korea dan menghasilkan ketegangan terburuk," kata Rodong Sinmun.
Baca Juga: Kim Yo Jong semakin ambil peran utama, calon Pemimpin Korea Utara?
"Sangat menyedihkan, Pemerintah Korea Selatan tidak memiliki niat untuk membersihkan sampah yang hanya mengeluarkan bau menjijikkan, juga tidak memiliki kemampuan apa pun," ujar Rodong Sinmun.
Surat kabar itu menyerang Korea Selatan ketika kedua Korea menandai peringatan ke-20 Deklarasi 15 Juni yang mereka adopsi, setelah pertemuan puncak antar-Korea pertama kali antara Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-il di Pyongyang pada 2000.