Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan tidak ada alasan untuk menolak dialog dengan Amerika Serikat (AS), asalkan Washington berhenti memaksakan denuklirisasi.
Namun, ia menegaskan tidak akan pernah menukar senjata nuklir dengan pencabutan sanksi. Pernyataan ini dilaporkan media pemerintah KCNA pada Senin (22/9/2025).
Baca Juga: Korea Utara Mau Berdialog dengan AS, Ini Syaratnya
Dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada Minggu, Kim menyebut masih memiliki “kenangan baik” terhadap Presiden AS Donald Trump, yang pernah bertemu dengannya sebanyak tiga kali pada periode pertama kepemimpinan Trump.
Komentar ini muncul di tengah dorongan pemerintahan liberal baru di Seoul agar Trump kembali memimpin upaya membuka dialog dengan Pyongyang, enam tahun setelah pembicaraan damai terakhir runtuh akibat perbedaan pandangan mengenai sanksi dan pembongkaran program nuklir.
Tolak Denuklirisasi, Tegaskan Pentingnya Nuklir
“Jika Amerika Serikat menghentikan obsesi absurd dengan denuklirisasi kami dan menerima kenyataan, serta benar-benar menginginkan hidup berdampingan secara damai, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak duduk bersama,” kata Kim.
Menurutnya, membangun senjata nuklir adalah masalah kelangsungan hidup bagi Korea Utara untuk melindungi keamanan dari ancaman serius AS dan Korea Selatan, termasuk latihan militer gabungan yang disebutnya telah berkembang menjadi simulasi perang nuklir.
Baca Juga: Korea Utara Bakal Tingkatkan Persenjataan Nuklir dan Militer Konvensional
Kim menilai tawaran dialog terbaru dari Washington dan Seoul tidak tulus karena tujuan sebenarnya tetap melemahkan Korea Utara dan menghancurkan rezimnya.
Usulan bertahap Korea Selatan untuk mengakhiri program nuklir Pyongyang dianggap sebagai bukti ketidakmurnian niat tersebut.
“Dunia sudah tahu apa yang dilakukan Amerika Serikat setelah sebuah negara menyerahkan senjata nuklirnya dan melucuti diri. Kami tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir kami,” tegas Kim.
‘Tak Akan Ada Negosiasi untuk Selamanya’
Kim menambahkan, “Tidak akan pernah ada, dan tidak akan pernah untuk selamanya, negosiasi dengan musuh demi menukar sesuatu hanya karena obsesi pencabutan sanksi.”
Baca Juga: Empat Negara Barat Akui Negara Palestina, Israel Murka
Ia bahkan menyebut sanksi internasional yang dijatuhkan PBB sebagai “pengalaman belajar” yang membuat Korea Utara lebih kuat dan tangguh.
Meski sejak lama terhimpit sanksi ekonomi dan embargo senjata, Pyongyang terus melanjutkan pengembangan nuklir dan rudal balistik canggih.
Pandangan Seoul: Sanksi Gagal Bendung Nuklir Korut
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dalam wawancara dengan Reuters menilai sanksi internasional justru gagal menahan laju pengembangan nuklir Korea Utara.
Ia mengungkapkan, Korut kini bahkan menambah 15 hingga 20 hulu ledak nuklir baru setiap tahunnya.
“Realitanya, pendekatan lama dengan sanksi dan tekanan tidak menyelesaikan masalah, justru memperburuknya,” kata Lee.
Baca Juga: Viral Visa H-1B Rp 1,6 Miliar: Elon Musk hingga Satya Nadella Pernah Jadi Pemegangnya
Sejak menjabat Juni lalu, Lee mengedepankan pendekatan damai dengan Pyongyang. Ia mengusulkan langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang pada akhirnya dapat mengakhiri program nuklir Korut melalui pendekatan bertahap.
Meski mengakui banyak rintangan dalam membuka kembali dialog, Lee tetap optimistis.
“Yang terpenting adalah menciptakan kondisi yang tepat untuk membawa Korea Utara kembali ke meja perundingan, dan Trump memiliki peran kunci dalam upaya tersebut,” ujarnya.