Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - IMGDAL, Maroko. Tim penyelamat berpacu dengan waktu untuk menemukan korban yang selamat di antara reruntuhan bangunan pada hari Senin (11/9). Sudah lebih dari 48 jam setelah gempa paling mematikan di Maroko kurun enam dekade terakhir.
Tim pencari dari Spanyol, Inggris, dan Qatar bergabung dalam upaya pencarian korban gempa berkekuatan magnitudo 6,8 yang terjadi pada Jumat malam, 72 km (45 mil) barat daya Marrakech.
Banyak korban selamat yang menghabiskan malam ketiga di luar rumah. Jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 2.681 dengan 2.501 orang terluka, TV pemerintah melaporkan.
Di Imgdal, sebuah desa yang berjarak sekitar 75 km sebelah selatan Marrakesh, para wanita dan anak-anak berkerumun di bawah tenda-tenda darurat yang didirikan di sepanjang jalan dan di samping gedung-gedung yang rusak.
Beberapa berkumpul di sekitar api unggun. Lebih jauh ke selatan, sebuah mobil berdiri tertimpa batu-batu besar yang jatuh dari tebing.
Baca Juga: Evakuasi Korban Gempa, Bantuan Eropa Hingga Amerika Mulai Mengalir Ke Maroko
Di desa Tafeghaghte, Hamid ben Henna menceritakan bagaimana putranya yang berusia delapan tahun meninggal di bawah reruntuhan bangunan setelah ia pergi mengambil pisau dari dapur untuk memotong melon saat keluarganya makan malam. Anggota keluarga lainnya selamat.
Dengan sebagian besar zona gempa berada di daerah yang sulit dijangkau, dampak penuhnya masih belum terlihat. Pihak berwenang belum mengeluarkan perkiraan jumlah orang yang masih hilang.
Jalan-jalan yang diblokir atau terhalang oleh batu-batu yang terlepas telah mempersulit akses ke lokasi-lokasi yang terkena dampak paling parah.
Di sebuah jalan dekat kota Adassil, tidak jauh dari pusat gempa, petugas penyelamat Ayman Koait berusaha membersihkan runtuhan batu yang menghalangi lalu lintas.
"Ada jalan yang lebih parah lagi yang masih terhalang dan kami juga berusaha membukanya," ujarnya ketika mobil van yang sarat dengan bantuan berdesakan di sepanjang jalan yang sempit.
Orang-orang menyelamatkan barang-barang dari reruntuhan rumah mereka, beberapa menggambarkan adegan putus asa saat mereka menggali dengan tangan kosong untuk menemukan kerabat mereka.
Baca Juga: Gempa Maroko, Masjid Bersejarah Peninggalan Abad ke-12 Runtuh
Banyak bangunan yang mudah runtuh, termasuk rumah-rumah tradisional yang terbuat dari batu bata lumpur, batu, dan kayu kasar, salah satu fitur indah yang membuat High Atlas menjadi magnet bagi para turis selama beberapa generasi.
"Sulit untuk menarik orang keluar hidup-hidup karena sebagian besar dinding dan langit-langit berubah menjadi reruntuhan tanah saat jatuh, mengubur siapa pun yang ada di dalamnya tanpa menyisakan ruang udara," kata seorang pekerja militer, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena peraturan militer.
Kerusakan yang terjadi pada warisan budaya Maroko telah muncul secara bertahap. Bangunan-bangunan di kota tua Marrakech, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, mengalami kerusakan.
Gempa juga dilaporkan menyebabkan kerusakan besar pada Masjid Tinmel dari abad ke-12 yang memiliki nilai historis yang signifikan di daerah pegunungan terpencil yang dekat dengan pusat gempa.
Ini adalah gempa bumi paling mematikan di negara Afrika Utara sejak tahun 1960, ketika gempa diperkirakan menewaskan sedikitnya 12.000 orang dan yang paling kuat sejak setidaknya tahun 1900, menurut Survei Geologi AS.
Baca Juga: Korban Gempa Maroko Lampaui 2.100 Jiwa, Warga Selamat Mencari Bantuan
Bantuan Datang
Para penyintas yang berjuang untuk menemukan tempat berlindung dan persediaan telah menyuarakan kritik terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai respons pemerintah yang lambat.
Maroko telah mengerahkan tentara dan memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, menyediakan air minum dan mendistribusikan makanan, tenda dan selimut.
Baik Raja Mohammed VI maupun Perdana Menteri Aziz Akhannouch belum memberikan pidato kepada rakyat Maroko sejak bencana tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pada hari Minggu (10/9), juru bicara pemerintah Mustapha Baytas mengatakan bahwa segala upaya sedang dilakukan di lapangan.
Ia menambahkan bahwa Raja Mohammed telah menginstruksikan perdana menteri untuk bertemu pada hari Senin dengan komite kementerian yang mengembangkan rencana darurat, termasuk untuk rekonstruksi rumah.
Maroko telah menerima tawaran bantuan dari Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Kemenlu Menyebut Tak Ada WNI yang Jadi Korban Gempa Maroko
TV pemerintah mengatakan, Maroko telah menilai kebutuhan bantuan dan mempertimbangkan pentingnya mengkoordinasikan upaya-upaya bantuan sebelum menerima bantuan.
Pemerintah mungkin akan menerima tawaran bantuan dari negara-negara lain dan akan bekerja untuk mengkoordinasikannya jika diperlukan.
Spanyol dan Inggris telah mengirimkan spesialis pencarian dan penyelamatan dengan anjing pelacak, sementara Qatar mengatakan pada hari Minggu bahwa tim pencarian dan penyelamatannya telah berangkat ke Maroko.
Uni Eropa mengatakan bahwa mereka telah mengeluarkan dana awal sebesar 1 juta euro (US$1,07 juta) untuk organisasi-organisasi bantuan non-pemerintah yang sudah ada di Maroko.
Selain itu telah melakukan kontak dengan pihak berwenang Maroko untuk menawarkan bantuan perlindungan sipil Uni Eropa secara penuh, jika diperlukan.