Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Badan intelijen Korea Selatan memprediksi Korea Utara akan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) sebagai bentuk protes atas KTT trilateral antara AS, Korea Selatan, dan Jepang hari Jumat (18/8).
Pertemuan akan berlangsung di Camp David, Maryland, diikuti oleh Presiden AS Joe Biden, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
Salah satu agenda utamanya adalah mempercepat perbaikan hubungan antara Korea Selatan dan Jepang di tengah ancaman nuklir dari Korea Utara. Ketiga negara juga akan menyusun rencana untuk menghadapi menguatnya pengaruh China di regional.
Baca Juga: Satelit Mata-Mata Korea Gagal Mencapai Tujuan dan Jatuh di Laut Kuning
Peluncuran ICBM
Mengutip laporan Badan Intelijen Nasional, anggota parlemen Korea Selatan Yoo Sang-bum mengatakan bahwa ada kemungkinan Korea Utara akan meluncurkan satelit untuk merayakan hari jadinya pada 9 September mendatang.
Langkah tersebut diambil setelah upaya pertamanya pada bulan Mei lalu gagal.
"Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menetapkan prioritas untuk melakukan peluncuran pada paruh kedua tahun ini," kata Yoo.
Peluncuran satelit mata-mata Korea Utara bulan Mei lalu dilakukan dengan dorongan sistem ICBM, langkah yang seharusnya tidak diambil Pyongyang karena masih ada di bawah sanksi internasional.
Baca Juga: AS, Jepang, dan Korsel Rapatkan Barisan untuk Hadapi Ancaman Korut
Transer Teknologi Militer dari Rusia
Korea Utara jelas mengecam kerja sama militer tiga rivalnya tersebut yang belakangan semakin dalam dan intens. Pyongyang bahkan melihat adanya upaya untuk membentuk NATO versi Asia.
Intelijen Korea Selatan juga menyebut Korea Utara dan Rusia telah menyepakati kerja sama pertahanan yang luas bulan lalu.
Pejabat Rusia juga disebut telah mengunjungi Korea Utara bulan ini untuk membahas rincian kerja sama militer tersebut. Intelijen Korea Selatan melihat tanda-tanda pengiriman pasokan militer dari Pyongyang dengan pesawat Rusia pada 8 Agustus.
"Badan Intelijen Nasional mengantisipasi bahwa Rusia dan Korea Utara akan mempercepat kerja sama pertahanan mereka dan melacak gerakan dengan cermat. Ada kemungkinan pengalihan teknologi rudal nuklir Rusia ke Korea Utara," kata Yoo.