Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara lagi-lagi menembakkan rudal ke arah pantai timurnya pada hari Jumat (28/10). Rudal yang meluncur kali ini teridentifikasi sebagai rudal balistik jarak pendek atau SRBM.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, melaporkan bahwa rudal ditembakkan dari daerah Tongcheon di provinsi Gangwon Utara. Militer Korea Selatan tetap waspada dalam merespons aktivitas tetangga itu.
"Militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh. Kami telah meningkatkan pemantauan dan keamanan sambil berkoordinasi erat dengan Amerika Serikat," kata JCS dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Mengintip Perbandingan Kekuatan Militer Korea Selatan dan Korea Utara
Peluncuran rudal Korea Utara juga dikonfirmasi oleh Komando Indo-Pasifik militer AS. Mereka memastikan peluncuran itu tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika Serikat atau sekutunya.
Peluncuran ini terjadi empat hari setelah angkatan laut dua Korea saling melepaskan tembakan peringatan di wilayah perbatasan. Di saat yang sama, Korea Selatan juga baru menyelesaikan latihan militer skala besar yang berlangsung selama 12 hari.
Militer Korea Selatan menyelesaikan latihannya pada hari Jumat di lapangan Hoguk 22. Latihan mencakup beberapa latihan dengan pasukan AS. Hari Senin pekan depan pesawat tempur kedua negara akan memulai latihan besar lainnya.
Baca Juga: Bantah Tuduhan Rusia, Korsel Pastikan Tidak Mengirim Senjata Mematikan ke Ukraina
Korea Utara mengklaim bahwa serangkaian peluncuran rudalnya baru-baru ini dilakukan sebagai protes terhadap latihan bersama antara Korea Selatan AS. Menurut Korea Utara, latihan itu sangat provokatif dan merupakan persiapan untuk invasi.
Di lain pihak, Korea Selatan dan AS mengatakan bahwa latihan militer mereka bersifat defensif dan diperlukan untuk melawan ancaman Korea Utara.
Aliansi ini percaya Korea Utara akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol bahkan yakin tetangganya telah menyelesaikan semua persiapan teknis yang diperlukan untuk ledakan bawah tanah di lokasi uji Punggye-ri, lokasi yang telah resmi ditutup sejak tahun 2018.