kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.307   111,54   1,55%
  • KOMPAS100 1.124   19,40   1,76%
  • LQ45 895   18,24   2,08%
  • ISSI 223   1,99   0,90%
  • IDX30 458   9,44   2,10%
  • IDXHIDIV20 552   11,88   2,20%
  • IDX80 129   1,99   1,57%
  • IDXV30 137   2,21   1,64%
  • IDXQ30 152   3,39   2,27%

Korea Utara Ogah Melakukan Diplomasi Personal Lagi dengan AS


Selasa, 01 Oktober 2024 / 06:15 WIB
Korea Utara Ogah Melakukan Diplomasi Personal Lagi dengan AS
ILUSTRASI. Korea Utara tampaknya menepis kemungkinan kembalinya diplomasi personal yang pernah dilakukan pada 2021 lalu. KCNA via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PBB. Pada Senin (30/9/2024), Korea Utara tampaknya menepis kemungkinan kembalinya diplomasi personal yang pernah dilakukan pemimpinnya Kim Jong Un dengan mantan Presiden Donald Trump, tidak peduli siapa yang memenangkan pemilihan presiden AS pada tanggal 5 November mendatang.

"Siapa pun yang menjabat di AS, kami hanya akan berurusan dengan entitas negara yang disebut AS, bukan sekadar pemerintahan," kata duta besar Pyongyang untuk PBB Song Kim kepada Majelis Umum tahunan PBB di New York seperti yang dikutip Reuters.

Dia menambahkan, "Demikian pula, pemerintahan AS mana pun harus menghadapi DPRK, yang berbeda dari apa yang dulu dipikirkan AS." 

Sebelumnya, seorang diplomat senior Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan baru-baru ini mengatakan kepada Reuters bahwa Korea Utara ingin membuka kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika Trump terpilih kembali dan sedang berupaya untuk merancang strategi negosiasi baru.

Trump terlibat dalam taktik yang penuh dengan risiko dan diplomasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Korea Utara selama masa jabatan sebelumnya yang berakhir pada tahun 2021.

Baca Juga: Ini Kesalahan Besar Amerika Saat Ini Menurut Korea Utara

Diplomat yang membelot, Ri Il Gyu, mengatakan diplomat Pyongyang sedang memetakan strategi jika rakyat Amerika memilih Trump daripada Wakil Presiden Kamala Harris.

Tujuannya adalah mencabut sanksi atas program persenjataannya, mencabut sebutannya sebagai negara sponsor terorisme, dan memperoleh bantuan ekonomi.

KTT antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Trump di Vietnam pada tahun 2019 gagal karena masalah sanksi dan seruan tegas AS agar Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya. 

Pyongyang telah mengabaikan seruan dari pemerintahan Presiden Joe Biden agar terlibat kembali dalam perundingan.

Trump mengatakan selama debat pemilihan pada bulan Juni bahwa Xi Jinping dari Tiongkok, Kim Jong Un, dan Vladimir Putin dari Rusia "tidak menghormati" Biden dan bahwa Biden mendorong negara itu "ke dalam Perang Dunia Ketiga."

Pada konferensi pers bulan Agustus, Trump mengatakan Kim Jong Un sangat menyukai dirinya.

Baca Juga: Xi Jinping Umumkan Strategi Baru untuk Tingkatkan Lapangan Kerja

"Dia tidak menyukai kelompok ini. Kita dalam bahaya besar. Kita dalam bahaya besar terlibat dalam Perang Dunia Ketiga," imbuh Trump, merujuk pada pemerintahan Biden-Harris. 

Song Kim mengatakan permusuhan AS dan ancaman nuklir yang ditimbulkannya terhadap Korea Utara selama lebih dari 70 tahun telah memaksa Pyongyang untuk memperoleh senjata nuklir. 

Ia mengatakan Kim Jong Un pernah berkata, "Kita dapat memilih dialog atau konfrontasi, tetapi kita harus melangkah lebih jauh dalam mempersiapkan diri sepenuhnya untuk konfrontasi."



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×