Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Pertemuan puncak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya terjadi di Jenewa, Swiss pada hari Rabu (16/6). Terlepas dari ketegangan kedua negara, para pemimpin sepakat untuk memulai pembicaraan keamanan siber dan pengendalian senjata.
KTT AS-Rusia hari Rabu di Jenewa adalah pertemuan pertama Biden dengan Putin dengan status sebagai Presiden AS. Sebelumnya ia sempat bertemu dengan Putin kala masih menjabat sebagai wakil presiden di era Barack Obama.
Dilansir dari Reuters, Biden membuka obrolan mengenai keamanan siber dengan bertanya kepada Putin bagaimana perasaannya jika serangan ransomware menghantam jaringan minyak Rusia.
Pertanyaan ini diduga merujuk pada penutupan pipa pada Mei yang menyebabkan gangguan dan mencegah jutaan barel bensin, solar, dan bahan bakar jet mengalir ke Pantai Timur dari Pantai Teluk.
Baca Juga: Putin puas dengan penjelasan Biden yang menyebutnya seorang pembunuh
Biden berusaha menguraikan kepentingan AS, termasuk keamanan siber, dan menjelaskan kepada Putin bahwa AS akan merespons jika Rusia melanggar kekhawatiran itu.
"Saya menatapnya dan berkata: 'Bagaimana perasaan Anda jika ransomware mengambil jalur pipa dari ladang minyak Anda?' Dia berkata: 'Itu penting,'" ungkap Biden menggambarkan respons Putin.
Lebih lanjut, Biden juga menegaskan kepada Putin bahwa AS memiliki kemampuan siber yang signifikan dan siap bertindak jika ada serangan dari Rusia.
Keamanan siber dan kontrol senjata
Hubungan AS-Rusia telah memburuk selama bertahun-tahun, terutama dengan pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 dari Ukraina.
Belum ada pembicaraan yang rinci mengenai bagaimana pembicaraan keamanan siber yang direncanakan mereka akan terungkap. Biden mengatakan kepada Putin bahwa 16 sektor infrastruktur penting harus terlindung dari serangan siber. Biden tidak menyebut sektor apa yang dimaksud.
Baca Juga: Sepakat dengan Putin, Biden sebut hubungan AS-Rusia ada di titik terendah
Baik Biden dan Putin juga mengatakan mereka berbagi tanggung jawab untuk stabilitas nuklir dan akan mengadakan pembicaraan tentang kemungkinan perubahan pada perjanjian pembatasan senjata New Strategic Arms Reduction Treaty (New START) yang baru-baru ini diperpanjang.
Pada bulan Februari lalu, AS dan Rusia sepakat memperpanjang masa berlaku New START selama lima tahun. Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat mereka gunakan.
Secara umum New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan oleh AS dan Rusia masing-masing menjadi 1.550. Perjanjian juga membatasi jumlah rudal dan pembom darat serta kapal selam yang meluncurkannya.
Pertemuan kali ini dilihat kedua pihak bukan sebagai upaya perbaikan hubungan. Bahkan Putin menegaskan tidak ada indikasi persahabatan, melainkan hanya dialog pragmatis tentang kepentingan kedua negara.
"Sulit mengatakan apakah hubungan akan membaik, tetapi ada sekilas harapan," ungkap Putin, seperti dikutip Reuters.
Sejalan dengan itu, Biden menegaskan bahwa KTT kali ini murni tentang kepentingan pribadi kedua negara. Masing-masing berusaha memverifiakasi kepentingan nasionalnya, dengan sedikit prospek perbaikan hubungan.