Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Pada awal tahun ini, pasar dan bank sentral AS masih optimistis terhadap prospek ekonomi global. Bank Sentral Eropa mengakhiri program pembelian obligasi, sementara The Fed dipandang akan terus menaikkan suku bunga setelah menaikkan bunga empat kali pada tahun 2018.
Namun itu bergeser pada Maret 2019, ketika The Fed tiba-tiba mengakhiri siklus kenaikan bunga. Langkah tersebut memicu reposisi luas yang menyebabkan kurva imbal hasil T-Bills tenor 3 bulan dengan US Treaury tenor 10 tahun berbalik untuk pertama kalinya sejak 2007.
Kemudian pada pada bulan Juli 2019, The Fed memangkas suku bunga untuk pertama sejak 2008.
Baca Juga: Perang dagang bergejolak, Singapura pangkas outlook pertumbuhan jadi nyaris 0%
Sementara Bank Sentral Eropa (ECB) mengevaluasi pemotongan suku bunga lebih lanjut ke wilayah negatif dan melanjutkan lagi program pembelian obligasi. Lalu, Bank Sentral Jepang juga berupaya menurunkan suku bunga lagi dan memperluas pembelian aset.
Ketika bank sentral saling bersaing untuk kebijakan moneter yang lebih longgar, membuat masing-masing langkah tersebut kurang efektif.
"Kenyataannya adalah bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia merespons pandangan yang menurun, mencari cara untuk memangkas suku bunga dan memudahkan kondisi keuangan. Jadi pada dasarnya itu berarti The Fed tidak memotong suku bunga dalam ruang hampa," kata Jon Hill, ahli strategi tingkat bunga di BMO Pasar Modal di New York.
Baca Juga: Waspada, demam Argentina bisa menjangkiti negara lain premium
Pekan lalu, bank sentral Selandia Baru juga memotong suku bunga lebih dari yang diharapkan dan memberi sinyal akan memangkas suku bunga di bawah nol jika diperlukan.
Bank sentral lain termasuk di India, Thailand dan Filipina juga memangkas suku bunga selama sepekan.
"Kebijakan moneter dalam beberapa tahun terakhir telah membuatnya hampir tidak efektif, atau bahkan berbahaya dalam beberapa kasus, karena bank sentral berusaha untuk mengatasi masalah di luar kendali mereka, dengan alat kebijakan yang terbatas dan sering eksperimental," tulis ahli strategi Bank of America Merrill Lynch FX Athanasios Vamvakidis dalam sebuah laporan baru-baru ini.