kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Laba Coca-Cola menyusut


Kamis, 20 Februari 2014 / 09:12 WIB
Laba Coca-Cola menyusut
ILUSTRASI. Kontan - PT Achilles Advanced System Advertorial Online


Sumber: Bloomberg | Editor: Dessy Rosalina

ATLANTA. Gerakan gaya hidup sehat tampaknya memudarkan popularitas Coca-Cola Co. Tengok saja rapor kinerja raksasa minuman berkabonasi asal Amerika Serikat (AS) ini. Mengutip rilis laporan keuangan perusahaan pada Rabu (19/2), laba bersih Coca-Cola susut 8,4% menjadi US$ 1,71 miliar sepanjang kuartal IV 2013. Pada periode sama, penjualan Coca-Cola pun susut 3,6% menjadi US$ 11 miliar.

Pemicunya, volume penjualan Coca-Cola tidak bertenaga. Volume penjualan global Coca-Cola hanya naik tipis 1%, lebih rendah dari capaian tahun 2012 yang meningkat 3%. Pada periode Oktober-Desember 2013, penjualan Coca-Cola di Amerika Utara turun 3%. Padahal, Amerika Utara atau kawasan negara maju menyumbang 41% dari total penjualan global.

Sementara, penjualan Coca-Cola di Amerika Latin stagnan. Di luar dugaan, penjualan Coca-Cola di China mendaki 5%, menopang kenaikan penjualan di Asia Pasifik sebesar 4%.

Terpaksa berhemat

Rapor kinerja melempem memaksa Coca-Cola berhemat. Muhtar Kent, CEO Coca-Cola menyatakan, pihaknya bakal melakukan program penghematan hingga sebesar US$ 1 miliar per tahun. Program efisiensi ini ditargetkan bisa tercapai pada tahun 2016 mendatang.

Ada dua sektor yang bujetnya bakal berkurang, yakni data manejemen dan pemasaran. Rencananya, Coca-Cola bakal memindahkan bujet pemasaran di bisnis minuman berkarbonasi ke bisnis minuman non karbonasi. Saat ini, minuman berkarbonasi menyumbang 75% dari total penjualan.

Sedangkan minuman lain, semisal air mineral, jus dan lain-lain menyumbang 25%. "Kebijakan ini kurang berpengaruh bagi masa depan Coca-Cola karena tren pasar cenderung menginginkan minuman non karbonasi," ujar Ali Dibadj, Analis Sanford C. Bernstein & Co, mengutip Bloomberg, Selasa (19/2).

Rilis rapor kinerja nan buruk memicu aksi jual terhadap saham Coca-Cola. Saham produsen minuman terbesar di dunia ini anjlok 3,8% ke level US$ 37,47 di bursa New York (NYSE).  Ini adalah penurunan saham terbesar sejak tahun 2011. Jika dihitung sejak awal tahun, saham Coca-Cola telah susut 9,3%.

Sang rival, Pepsi Co Inc, susut lebih rendah atau sebesar 5,7% pada periode yang sama. Pekan lalu, Coca-Cola membeli 10% saham Green Mountain Coffee Roasters Inc dengan nilai sekitar US$ 1,25 miliar. Ini adalah upaya terbaru Coca-Cola mendiversifikasikan produk dari bisnis utama minuman bersoda.

Produsen minuman ringan ini akan membeli 16,7 juta saham baru dengan harga sekitar US$ 74,98 per saham.Pada kuartal IV 2014, laba Green Mountain naik 28% menjadi US$ 138,2 juta. Pendapatan naik 3,6% menjadi US$ 1,39 miliar. 




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×