kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laut China Selatan tegang di akhir pekan, 2 kapal induk AS dekati kapal militer China


Senin, 06 Juli 2020 / 06:25 WIB
Laut China Selatan tegang di akhir pekan, 2 kapal induk AS dekati kapal militer China
ILUSTRASI. Ilustrasi kapal induk kedua China, Shandong.


Sumber: New York Times,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LAUT CHINA SELATAN. Situasi di Laut China Selatan cukup menengangkan di akhir pekan, Sabtu (4/7/2020). Melansir The New York Times, dua kapal induk Amerika berlayar ke Laut China Selatan pada hari Sabtu. Pejabat Angkatan Laut AS menggambarkan hal ini sebagai operasi kebebasan navigasi. Yang menegangkan, pada saat yang bersamaan, militer China juga melakukan latihan di dekat wilayah itu.

Menurut pernyataan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, dua kapal induk yakni Ronald Reagan dan Nimitz, dikerahkan untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Dikatakan pula bahwa kapal-kapal itu, yang didampingi kapal perang dan pesawat terbang, sedang melakukan latihan untuk meningkatkan pertahanan udara dan serangan rudal jarak jauh di wilayah operasi yang berkembang pesat.

Baca Juga: Korea Utara: Kami dukung penuh China lawan campur tangan AS

Beijing telah mempertaruhkan banyak klaim atas Laut China Selatan, jalur air strategis yang dilalui sepertiga pelayaran global, meski banyak negara-negara lain yang mengajukan keberatan dan pengadilan internasional yang menolak pernyataan China.

The New York Times juga menulis, penempatan kapal induk Amerika Serikat dan kekuatan serangannya sering digunakan sebagai sinyal untuk mencegah musuh. Mengirim dua kapal induk sekaligus bisa dilihat sebagai aksi unjuk kekuatan yang signifikan. Pada tahun 2016, misalnya, Menteri Pertahanan AS saat itu yakni Ashton B. Carter melakukan tur dua kapal induk yang berlayar melalui Laut China Selatan sebagai pengingat Beijing bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap sekutu di wilayah tersebut.

Baca Juga: Pakar militer: China dalam kesiapsiagaan perang sangat tinggi di semua lini

Kendati demikian, seorang pejabat Angkatan Laut AS pada hari Sabtu menggambarkan misi itu sebagai operasi rutin, bukan melakukan aksi unjuk kekuatan yang disengaja kepada militer China saat melakukan latihan militernya sendiri di laut. Pejabat yang menjadi sumber The New York Times itu menjelaskan, misi operator sebelumnya telah direncanakan untuk memastikan bahwa jalur pelayaran dan navigasi tetap terbuka di perairan internasional.

Letnan James Adams, juru bicara Armada Pasifik AS, mengatakan operasi militer AS itu tidak menanggapi peristiwa politik atau dunia apa pun.

Namun pada awal pekan ini, Pentagon menyatakan keprihatinannya terkait aksi China yang mengadakan latihan militer di Laut China Selatan. Departemen Pertahanan AS mengatakan, langkah itu akan semakin mengguncang situasi di perairan yang disengketakan.

Baca Juga: Cuekin kritikan AS, China balik salahkan AS soal ketegangan di Laut China Selatan

"Melakukan latihan militer atas wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan kontraproduktif dengan upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip Reuters.

Pada pekan lalu, China mengumumkan bahwa mereka telah merencanakan latihan selama lima hari mulai 1 Juli di dekat Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan China.

Baca Juga: Laut China Selatan, Pentagon: China mengintimidasi negara-negara tetangga di Asia

"Latihan militer adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan RRC untuk menegaskan klaim-klaim maritim yang melanggar hukum dan merugikan tetangga-tetangga Asia Tenggara di Laut China Selatan," kata pernyataan itu, merujuk pada Republik Rakyat Tiongkok.

Melansir Reuters, Amerika Serikat menuduh China melakukan militerisasi Laut China Selatan dan berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga Asia yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang luas.

Baca Juga: Aksi Tiongkok di Laut China Selatan bikin marah Amerika, Vietnam dan Filipina

China mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi. Akan tetapi, baik Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim sebagian wilayah tersebut, di mana sekitar US$ 3 triliun perdagangan melewati wilayah ini setiap tahunnya.




TERBARU

[X]
×