kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Libatkan pembom, China makin sering latihan militer di Laut China Selatan


Selasa, 21 Juli 2020 / 23:55 WIB
Libatkan pembom, China makin sering latihan militer di Laut China Selatan


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) baru-baru ini melakukan latihan serangan dengan sasaran maritim di Laut China Selatan, di saat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) di kawasan tersebut meningakat.

Satu brigade Komando Armada Selatan Angkatan Laut PLA yang berpusat di Provinsi Hainan, China Selatan, mengadakan latihan serangan sasaran maritim langsung dengan pembom JH-7 pada 15-16 Juli lalu, Global Times melaporkan mengutip Radio Nasional China (CNR).

Mengacu gambar satelit komersial, Forbes menyebutkan seperti Global Times lansir, PLA mengerahkan setidaknya empat jet tempur J-11B ke Pulau Yongxing Kepulauan Xisha di Laut China Selatan pada 15 Juli lalu.

Baca Juga: Di tengah ketegangan, Menteri Pertahanan AS berharap bisa kunjungi China

Sehari kemudian, 17 Juli, AS mengirim kapal induk USS Nimitz dan USS Ronald Reagan melakukan operasi dan latihan militer di Laut China Selatan. Sebelumnya kedua juga ada di kawasan itu antara 4 Juli dan 6 Juli berbarengan dengan latihan militer PLA.

“Nimitz dan Reagan beroperasi di Laut China Selatan, di mana pun hukum internasional mengizinkan, untuk memperkuat komitmen kami pada Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sebuah peraturan berdasarkan aturan internasional, dan kepada sekutu dan mitra kami di kawasan ini,” kata Laksamana Muda Jim Kirk, Komandan USS Nimitz, dalam pernyataan seperti dikutip Reuters.

Melansir Global Times, sebuah kapal perang AS melakukan pelanggaran di perairan Kepulauan Nansha pada 14 Juli, dan beberapa pesawat pengintai Amerika juga sering melakukan operasi pengintaian jarak dekat di Pantai Selatan China.

Pakar militer China yang minta namanya tidak ditulis mengatakan kepada Global Times, insiden-insiden tersebut, yang terjadi ribuan mil jauhnya dari AS dan di depan pintu China, sekali lagi telah membuktikan Amerika adalah pendorong nyata militerisasi di Laut China Selatan.

Baca Juga: Hadapi AS, China kirim jet tempur Flanker yang terkenal garang ke Laut China Selatan

Melukai anggota ASEAN

"China dipaksa mengambil tindakan balasan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya," katanya.

Latihan PLA di Laut China Selatan sering terjadi, dan juga bukan pertama kalinya mereka mengerahkan pesawat tempur dan kapal perang di pulau-pulau di kawasan tersebut, para pengamat militer mencatat.

Menurut gambar satelit asing, PLA mengerahkan sistem peringatan dini dan kontrol udara KJ-500 serta pesawat anti-kapal selam Y-8 di Yongshu Reef pada Mei lalu. Di Juni 2019, jet tempur J-10 juga mereka kerahkan ke Pulau Yongxing.

Mengonfirmasi pengerahan J-10 pada Juni 2019, juru bicara Kementerian Pertahanan China Ren Guoqiang mengatakan pada konferensi pers rutin bulan itu, adalah hak sah negara berdaulat untuk menggunakan fasilitas dan melakukan pelatihan di wilayah mereka sendiri. 

Baca Juga: Myanmar jadi medan pertempuran baru AS dengan China

"Tindakan China adalah sah, wajar, dan adil," ujarnya.

Hanya, China seharusnya tidak terburu-buru mengumumkan Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan. Sebab, itu bisa melukai negara-negara anggota ASEAN lebih dari AS. 

"Akibatnya, merusak hubungan antara China dan anggota ASEAN, dan AS akan memiliki banyak langkah baru yang lebih praktis," kata Wu Shicun, Presiden Institut Nasional untuk Studi Laut China Selatan, kepada Global Times.




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×