Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menggelar pertemuan dengan partai-partai politik arus utama pada Jumat (10/10/2025), menjelang tenggat waktu yang ia tetapkan sendiri untuk menunjuk perdana menteri baru.
Langkah ini dilakukan di tengah peringatan dari bank sentral bahwa gejolak politik mulai menggerus pertumbuhan ekonomi negara itu.
Baca Juga: Prediksi Prancis vs Azerbaijan, Jadwal, Link Streaming Kualifikasi Piala Dunia 2026
Macron, 47 tahun, kini tengah mencari sosok perdana menteri keenam dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
Ia membutuhkan figur yang mampu menjembatani dukungan lintas partai dari tengah kanan hingga tengah kiri untuk mengawal pembahasan anggaran 2026 di parlemen yang semakin terpecah.
Tenggat Jumat Sore, Macron Bisa Ambil Langkah Ekstrem
Kantor kepresidenan Élysée menyebut pertemuan ini sebagai “momen tanggung jawab kolektif”.
Pengamat politik menilai, pernyataan tersebut memberi sinyal bahwa Macron bisa saja mengumumkan pemilu kilat bila tak ada kesepakatan soal kandidat perdana menteri.
Baca Juga: Gejolak Politik Jepang–Prancis dan Shutdown AS Tekan Pasar Global
Media Le Parisien melaporkan, Macron berencana mengangkat kembali Sébastien Lecornu yang baru saja mundur pada Senin lalu setelah hanya menjabat 27 hari.
Namun, opsi ini berisiko memicu penolakan dari partai-partai lain yang dibutuhkan Macron untuk membentuk pemerintahan yang solid.
Nama lain yang beredar di lingkaran politik antara lain Jean-Louis Borloo (politikus sentris veteran), Pierre Moscovici (Kepala Badan Audit Publik), serta Nicolas Revel, teknokrat yang kini memimpin sistem rumah sakit Paris.
Anggaran Jadi Sumber Krisis Politik Baru
Kisruh politik ini makin parah akibat tarik-ulur pembahasan anggaran 2026, yang diharapkan mampu memangkas defisit tanpa menimbulkan ketegangan sosial.
Kalangan kiri menuntut pembatalan reformasi pensiun 2023 serta pajak lebih tinggi bagi kalangan kaya, sementara kelompok konservatif menolak keras wacana itu.
Baca Juga: Krisis Politik Membayangi Macron, Kesendirian di Tepi Sungai Seine Jadi Sorotan
“Saya dengar dia ingin menguji ‘hipotesis Lecornu 2’. Kalau benar begitu, saya ucapkan selamat mencoba,” ujar Ketua Partai Hijau Marine Tondelier, dikutip TF1.
Mantan PM sekaligus Ketua Partai Renaissance, Gabriel Attal, memperingatkan Macron agar tidak menunjuk perdana menteri secara sepihak tanpa kompromi politik.
Pertemuan ini hanya diikuti partai-partai arus utama tanpa mengundang kelompok sayap kanan RN (National Rally) dan sayap kiri keras LFI (France Unbowed).
Risiko Pemilu Kilat dan Dampaknya ke Ekonomi
Partai-partai utama Prancis berupaya menghindari pemilu cepat karena hasil jajak pendapat menunjukkan RN akan menjadi pemenang utama, sementara parlemen kemungkinan tetap terbelah menjadi tiga blok ideologis.
Gubernur Bank Sentral Prancis, François Villeroy de Galhau, memperkirakan ketidakpastian politik akan menggerus pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2 poin persentase PDB.
“Ketidakpastian adalah musuh utama pertumbuhan,” ujarnya di RTL Radio.
Baca Juga: PM Prancis Sebastien Lecornu dan Kabinetnya Mundur Hanya 14 Jam Setelah Dilantik
Ia menambahkan, defisit sebaiknya tidak melebihi 4,8% PDB pada 2026, sementara proyeksi tahun ini mencapai 5,4%, hampir dua kali batas maksimum Uni Eropa.
Krisis politik Prancis kali ini disebut sebagai yang terdalam dalam beberapa dekade terakhir, setelah Macron gagal dalam pemilu cepat tahun lalu yang justru memperlemah kekuatan partainya di parlemen.
Lembaga pemeringkat kredit internasional bahkan telah mengeluarkan peringatan baru terhadap peringkat utang Prancis, menyusul pengunduran diri Lecornu hanya 14 jam setelah ia mengumumkan susunan kabinetnya.