Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pada Senin (24/12/2024), ajudan Kremlin Yury Ushakov mengumumkan bahwa Belarus, Bolivia, Indonesia, Kazakhstan, Thailand, Kuba, Malaysia, Uganda, dan Uzbekistan secara resmi akan menjadi mitra BRICS mulai 1 Januari 2025.
“Menjelang pertemuan puncak di Kazan, kami menerima 35 aplikasi untuk bergabung dengan BRICS dengan satu atau lain syarat,” katanya seperti dilaporkan oleh Sputnik/RIA Novosti.
Melansir Free Malaysia Today, Ushakov mengatakan, tidak diragukan lagi, salah satu hasil terpenting dari pertemuan puncak tersebut adalah pembentukan kategori negara mitra BRICS dan kesepakatan mengenai daftar 13 negara.
Dia juga menegaskan bahwa proposal telah dikirimkan ke negara-negara tersebut.
“Sampai saat ini, Belarus, Bolivia, Indonesia, Kazakhstan, Kuba, Thailand, Malaysia, Uganda, dan Uzbekistan telah mengonfirmasi kesiapan mereka untuk menjadi negara mitra BRICS,” kata Ushakov dalam sebuah pengarahan.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Tarif 100% ke Kelompok BRICS, Ini Alasannya
Dia menambahkan, “Kami berharap dapat menerima tanggapan dalam waktu dekat dari empat negara lain yang juga telah menerima undangan.”
Lebih dari 20 negara telah menunjukkan minat terhadap karya BRICS. Dan, lanjut Ushakov, pintu asosiasi tersebut tetap terbuka untuk masuknya orang-orang yang berpikiran sama.
Melansir Fortune, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sangat vokal tentang keinginannya untuk bergabung dengan blok tersebut sejak Agustus 2024 lalu.
BRICS, yang namanya berasal dari laporan Goldman Sachs pada tahun 2001, telah lama berjuang untuk menemukan tujuan ekonomi atau geopolitik, karena negara-negara anggotanya tidak memiliki banyak kesamaan selain menjadi negara besar dan non-Barat.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, blok tersebut semakin berupaya memposisikan dirinya sebagai suara dari apa yang disebut Global South, istilah yang digunakan untuk menggambarkan ekonomi berkembang pascakolonial.
Ini adalah argumen yang semakin menguat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, yang membawa geopolitik kembali ke permukaan dan menyoroti kekuatan AS dalam sistem ekonomi global.
"Bagi beberapa negara, BRICS dapat menjadi penyeimbang terhadap hegemoni ekonomi AS," kata Rahman Yaacob, seorang peneliti dalam program Asia Tenggara di Lowy Institute.