kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mantan Paus Benediktus membungkam debat selibat dalam Gereja Katolik


Senin, 13 Januari 2020 / 12:55 WIB
Mantan Paus Benediktus membungkam debat selibat dalam Gereja Katolik
Paus Benediktus XVI menghadiri konsistori di Vatikan 11 Februari 2013, dalam gambar ini disediakan oleh Osservatore Romano.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - VATICAN CITY. Mantan Paus Benediktus XVI, dalam sebuah buku baru yang ditulis dengan seorang kardinal konservatif, membela selibat imam di Gereja Katolik.

Tampaknya buku tersebut sebagai banding terhadap Paus Fransiskus yang kini berkuasa untuk tidak mengubah peraturan hidup selibat (tidak menikah) bagi para imam di Gereja Katolik Roma.

Baca Juga: Cegah konflik meluas, Paus desak AS dan Iran untuk menghindari eskalasi

Mengutip Reuters, Senin (13/1), Benediktus menulis buku berjudul, "From the Depths of Our Hearts," (Dari Kedalaman Hati Kita) bersama Kardinal Robert Sarah, 74 tahun, seorang wali gereja Guinea yang memimpin Kongregasi Vatikan untuk Ibadah Ilahi dan Disiplin Sakramen.

Kutipan buku tersebut diterbitkan pada hari Minggu di situs web surat kabar Prancis Le Figaro. Sejauh ini, Vatikan belum berkomentar mengenai buku itu, yang akan diterbitkan pada hari Senin ini.

Pada bulan Oktober, dokumen terakhir dari majelis uskup Katolik Roma, atau sinode, dari Amazon mengusulkan bahwa pria yang menikah di daerah terpencil diizinkan untuk ditahbiskan menjadi imam.

Bila permohonan ini dikabulkan Paus Fransiskus, maka dapat menyebabkan perubahan penting dalam disiplin Gereja Katolik Roma yang telah berabad-abad menjalani hidup selibat bagi para imam.

Baca Juga: Paus Fransiskus membela imigran dan menyerukan perdamaian dalam pesan Natal

Paus Fransiskus akan mempertimbangkan permohonan itu, bersama dengan banyak proposal lain tentang isu-isu yang muncul selama sinode, termasuk lingkungan dan peran wanita, dalam dokumennya sendiri, yang dikenal sebagai Nasihat Apostolik. Diharapkan akan diterbitkan dalam beberapa bulan ke depan.

Pada tahun 2013, ketika Benediktus menjadi paus pertama dalam 700 tahun yang mengundurkan diri, Benediktus, yang tinggal di Vatikan dan sekarang berusia 92 tahun dan dalam kondisi kesehatan yang buruk, bersumpah untuk tetap "tersembunyi dari dunia".

Tetapi Benediktus telah memberikan wawancara, artikel tertulis dan berkontribusi pada buku-buku, yang pada dasarnya melanggar janji dan menyuarakan suara konservatif, yang beberapa di antaranya dinilai tidak mengakui legitimasi penggantinya Paus Fransiskus.

Massimo Faggioli, seorang teolog di Universitas Villanova di Amerika Serikat, menyebutnya "pelanggaran serius" oleh mantan paus, yang bersumpah "penghormatan dan kepatuhan tanpa syarat" kepada penggantinya.

Baca Juga: Bertemu Paus Fransiskus, Putin kembali terlambat untuk ketiga kalinya

Dalam bagian bukunya, Benediktus mengatakan selibat, yang menjadi tradisi yang stabil di Gereja hanya sekitar 1.000 tahun yang lalu, telah membawa makna yang sangat besar karena memungkinkan seorang imam untuk berkonsentrasi pada panggilannya.

Dia mengatakan, "Tampaknya tidak mungkin untuk mewujudkan panggilan baik (imamat maupun pernikahan) secara bersamaan," tulisnya.

Dalam sebuah pengantar bersama, kedua tokoh ini yakni Benediktus dan Kardinal  Robert Sarah, mengatakan, mereka tidak bisa tinggal diam tentang sinode Oktober 2019 lalu, yang kadang-kadang menyebabkan perselisihan antara pandangan media Katolik progresif dan konservatif.

Hal ini juga menggarisbawahi polarisasi di Gereja yang memiliki umat 1,3 miliar tersebut.

Usulan itu menyerukan agar para pria yang sudah menikah yang sudah menjadi diakon di Gereja, memiliki hubungan keluarga yang stabil dan terbukti sebagai pemimpin di komunitas mereka dapat ditahbiskan sebagai imam setelah pembinaan yang memadai.

Baca Juga: Paus Fransiskus sebut pendaratan di Bulan menginspirasi kemajuan untuk kemanusiaan

Hal ini menjadi solusi untuk kekurangan imam di dalam gereja Katolik dewasa ini. Hal ini juga didukung oleh banyak uskup Amerika Selatan. Mereka berargumen bahwa hal ini akan memungkinkan umat Katolik di daerah-daerah terpencil menghadiri Misa dan menerima sakramen Ekaristi secara lebih teratur.

Sementara itu, Sarah mengatakan membuat pengecualian terhadap aturan selibat akan menjadi "kebohongan" yang akan menjadi preseden berbahaya.




TERBARU

[X]
×