kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Marah besar, Arab Saudi ancam akan membanjiri pasar minyak jika...


Kamis, 05 Desember 2019 / 05:48 WIB
Marah besar, Arab Saudi ancam akan membanjiri pasar minyak jika...
ILUSTRASI. Kapal tanker minyak di perairan Singapura. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - RIYADH. Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, seorang sumber pejabat kartel Arab Saudi mengatakan Riyadh marah besar dan mengancam akan meningkatkan produksi minyak dan secara sepihak akan membanjiri pasar minyak jika sejumlah negara OPEC terus menentang pembatasan produksi minyak.

Menurut sumber WSJ, ancaman itu terjadi tiga hari setelah harga minyak jatuh pasca dirilisnya laporan Bloomberg yang menunjukkan bahwa Arab Saudi marah pada anggota OPEC karena tidak mematuhi kuota produksi dan tidak lagi bersedia untuk mengkompensasi produksi berlebihan oleh anggota kartel lainnya.

Ultimatum mengejutkan ini mengingatkan pada hal yang dilakukan Arab Saudi pada November 2014. Pada waktu itu, Arab Saudi secara efektif membubarkan kartel, dan membanjiri dunia dengan minyak dengan harapan membuat produsen minyak serpih (shale oil) keluar dari bisnis. Namun, upaya itu gagal total.

Baca Juga: AS: Ada indikasi Iran berpotensi melakukan tindakan agresif

Saudi Arabia merasa keberatan dengan harga minyak yang rendah dan anggota kartel yang tidak mematuhi pemotongan produksi kolektif yang mereka sepakati pada musim panas lalu. Akibatnya, Saudi mempertimbangkan langkah-langkah radikal, termasuk pakta baru seperti memperdalam pengurangan produksi meskipun Arab Saudi mengabaikan batas produksi yang dipaksakan sendiri kepada masing-masing negara anggota OPEC.

Seperti yang dilaporkan oleh WSJ, pada pertemuan teknis hari Selasa (3/12), seorang delegasi Saudi mengatakan pemerintahnya semakin lelah dengan  negara-negara yang melanggar pakta OPEC dengan memproduksi minyak yang berlebihan yang secara tidak langsung menguntungkan mereka. Jika ketidakpatuhan itu berlanjut, pejabat Saudi itu mengisyaratkan bahwa Kerajaan Saudi akan mulai mematuhi komitmennya — alih-alih memotong terlalu banyak untuk menebus penurunan dalam kelompok itu.

Baca Juga: Bookbuilding IPO Aramco kelebihan permintaan hingga 2,95 kali dari investor institusi

Dilaporkan, ada tiga negara yang menjadi target kemarahan Saudi, yaitu Irak, Nigeria dan Rusia; ini muncul selama presentasi dengan menggunakan slide oleh seorang pejabat Saudi yang mengatakan bahwa trio negara-negara penghasil minyak tidak mematuhi pakta yang mengikat 14 negara OPEC dan 10 negara sekutu untuk mengekang produksi 1,2 juta barel secara kolektif.

Pasalnya, Riyadh bertaruh dengan nilai yang sangat besar. Pertengkaran antar negara OPEC terjadi ketika Arab Saudi sedang berupaya untuk menyelesaikan IPO perusahaan minyak nasionalnya, Aramco, dan berharap untuk membawa perusahaan publik dengan harga setinggi mungkin.

Namun hal itu juga membutuhkan kenaikan harga minyak yang jauh lebih tinggi. Seorang delegasi lain yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan posisi Saudi adalah semua tentang IPO Aramco.

Baca Juga: OPEC pangkas produksi, nilai impor minyak Indonesia bisa meningkat

Sementara itu, Iran mengisyaratkan negaranya bersama dengan anggota kartel lainnya, mendukung pemotongan kolektif produksi minyak lebih dalam sebesar 400.000 barel per hari.

Melansir WSJ, Arab Saudi mengindikasikan secara pribadi bahwa mereka akan mendukung pemangkasan seperti itu jika menerima jaminan bahwa seluruh negara akan menghormati kesepakatan. Apa yang dibiarkan tidak terungkap adalah satu-satunya alasan mengapa pemotongan produksi OPEC bekerja baik adalah karena produksi Venezuela dan Iran telah mengalami penurunan tajam, bukan karena mereka menginginkannya tetapi karena kedua negara tidak punya pilihan akibat embargo AS.

Baca Juga: Masih dua hari lagi, IPO Saudi Aramco oversubscribed dua kali lipat lebih

Namun setelah dirilisnya laporan WSJ, harga minyak benar-benar merosot di tengah kekhawatiran bahwa Arab Saudi mungkin tidak punya pilihan selain meningkatkan produksi karena hubungan  dengan anggota kartel yang memanas.

Ironisnya, meski ada target baru untuk memangkas produksi secara kolektif yang juga akan memaksa Arab Saudi untuk menurunkan produksi lebih dalam lagi, namun anggota lain tidak bisa melakukan pemangkasan. Kelompok kartel ini juga berupaya untuk memperpanjang pemangkasan produksi ini hingga akhir 2020 untuk menghindari melimpahnya produksi minyak.

Baca Juga: Heboh gelombang penahanan di Arab Saudi, reputasi putra mahkota semakin tercoreng

Namun ada satu kecemasan lain. Pejabat OPEC mengatakan, Rusia muncul sebagai hambatan utama untuk pemotongan produksi lebih besar. Saat ini, Moscow tengah berupaya untuk mendapatkan pengecualian dari pemangkasan produksi minyaknya. Mereka hanya ingin melakukan pemotongan hingga Maret 2020 saja.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×