Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekonomi China mengalami pertumbuhan yang lebih lambat, meningkatkan kekhawatiran akan potensi negara tersebut untuk menjadi negara kaya di masa depan.
Pertumbuhan ekonomi rata-rata China diproyeksi berada pada tingkat 3% - 4% per tahun, dan mengalami stagnasi seperti yang terjadi di Jepang.
Kondisi ini mengecewakan para pemimpin China dan negara-negara lain yang bergantung pada ekonomi Tiongkok.
Sebelumnya, China berharap bisa menyusul Amerika Serikat (AS) dalam hal pembangunan ekonomi.
Baca Juga: Menyusul China, Tanda Perlambatan Ekonomi Global Mulai Tampak di Amerika Serikat
Namun, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tingkat pengangguran tinggi di kalangan kaum muda mencapai lebih dari 20% telah membuat proyeksi tersebut sulit terwujud.
Selain itu, China telah menjadi tujuan penting bagi negara-negara Afrika dan Amerika Latin untuk menjual komoditas mereka.
Seorang ekonom senior dari American Enterprise Institute, Desmond Lachman, menyatakan bahwa China tidak akan mampu melampaui AS dalam satu atau dua dekade ke depan.
Proyeksinya menunjukkan pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 3%, yang berdampak buruk pada ekonomi negara lainnya.
Baca Juga: Pecah Kebisuan, Pony Ma Puji Rencana Baru Pemerintah China Genjot Sektor Swasta
Pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,3%, namun angka ini dianggap kurang memuaskan karena adanya dampak pandemi COVID-19 tahun sebelumnya.
Para pemimpin China harus menghadapi tekanan untuk mencari solusi jangka pendek dan perbaikan jangka panjang terhadap kondisi ekonomi.
Para ekonom menyatakan bahwa masalah struktural, seperti pecahnya gelembung di sektor properti, ketidakseimbangan antara investasi dan konsumsi, utang pemerintah daerah yang tinggi, serta pengaruh Partai Komunis atas sektor swasta dan masyarakat, menyebabkan hilangnya momentum pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Sambut Henry Kissinger, Xi Jinping: Teman Lama Tak Pernah Dilupakan
Selain itu, China juga menghadapi masalah demografis, dengan tenaga kerja dan basis konsumen yang menyusut sementara kelompok pensiunan berkembang.
Secara keseluruhan, para ekonom tidak dapat bersikap optimistis mengenai pertumbuhan ekonomi China dalam jangka menengah hingga jangka panjang karena berbagai tantangan struktural dan kondisi internal maupun eksternal yang sedang dihadapinya.