kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membangun kerajaan bisnis di bawah tekanan militer


Selasa, 16 September 2014 / 20:10 WIB
Membangun kerajaan bisnis di bawah tekanan militer
ILUSTRASI. Lem Tembak


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dessy Rosalina

PEpatah buah jatuh tak jauh dari pohon tepat menggambarkan kisah hidup Abdulsamad Rabiu. Darah pebisnis tulen mengalir mengalir dalam diri Abdulsamad Rabiu. Abdulsamad adalah anak dari salah satu pengusaha tersohor di Nigeria yakni Isyaku Rabiu. Mengikuti jejak sang ayah, Abdulsamad berhasil membangun kerajaan bisnis sendiri. Taksiran Forbes, kekayaan Abdulsamad mencapai US$ 1,4 miliar. 

Kendati terlahir sebagai anak pesohor, kisah hidup Abdulsamad tak semudah yang dibayangkan. Isyaku menjadi kaya raya lewat bisnis perdagangan dan industri setelah Nigeria merdeka dari Inggris pada tahun 1960. Di tahun 1970-an, pengaruh Isyaku semakin kuat setelah masuk menjadi sponsor utama Partai Nasional Nigeria, partai  penguasa setelah pemilu tahun 1979. Namun, kehidupan keluarga Rabiu berubah drasits setelah tahun 1983. 

Kala itu, terjadi kudeta militer di Nigeria. Tak hanya presiden berkuasa yang ditangkap, Isyaku sebagai orang dekat presiden pun turut ditahan dan diasingkan.  Penahanan Isyaku terjadi saat Abdulsamad sedang menempuh pendidikan sarjana ekonomi di Amerika Serikat (AS). 

Mau tak mau, Abdulsamad pulang kampung untuk menyelamatkan bisnis sang ayah. Di umur 24 tahun, Abdulsamad harus berhadapan dengan kenyataan kondisi perusahaan yang tengah genting. Dengan pengalaman bisnis yang dangkal, Abdulsamad terpaksa mengambil alih perusahaan sang ayah. Gerak-gerik Abdulsamad pun terbatas karena kaum miiter mengawasi seluruh aset Isyaku.

Jalan hidup lah yang membawa Abdulsamad bertekad mendirikan  bisnis sendiri. Lantaran bisnis sang ayah tak tertolong, Abdulsamad banting setir mendirikan BUA International pada tahun 1980-an. Awal mula bisnis BUA adalah perdagangan, khususnya impor komoditas beras, gula, dan minyak goreng. Portofolio barang impor Abdulsamad bertambah dengan mendatangkan produk dasar besi baja.

Titik balik bisnis Abdulsamad datang di 1990. Teman Abdulsamad memberi informasi peluang bisnis yang ditawarkan perusahaan baja milik pemerintah Nigeria, Delta Steel Company. Kala itu, Pemerintah Nigeria ingin mengurangi ketergantungan terhadap produk baja dari luar negeri dengan cara meningkatkan produksi Delta Steel. Agar tercapai, Delta Steel mendekati pihak swasta untuk membantu pasokan bahan baku.

Beruntung, petinggi Nigeria yang mengurusi proyek itu adalah kawan sekampung halaman Abdulsamad. Singkat cerita, miliarder berusia 54 tahun ini mendapatkan izin dpemerintah untuk memasok bahan baku bagi Delta. "Kami mampu mendapatkan kesepakatan bisnis yang nilainya hampir US$ 20 juta pada saat itu, " tutur Abdulsamad kepada Forbes.Pada tahun 1992, rezim pemerintahan militer di Nigera berakhir. 

Hal ini ibarat lembaran baru bagi bisnis Abdulsamad. Ekspansi bisnis Abdulsamad pun terus meluas karena tidak lagi diawasi. Abdulsamad berinvestasi di Tropic Commercial Bank hingga akhirnya berhasil memiliki saham mayoritas bank tersebut.

Sayap bisnis BUA berlanjut di tahun 1995 saat mengakuisisi sebuah perusahaan pengolahan kacang tanah, Kano Nigeria Oil Mills. Akuisisi ini senilai US$ 20 juta. Dua tahun kemudian, pabrik pertama BUA di bidang tepung terigu didirikan di Lagos. Dus, BUA menjelma menjadi konglomerasi yang menguasai sejumlah sektor. Yakni, agrikultur, perdagangan, semen properti dan pertambangan. Estimasi Forbes, pendapatan tahunan BUA mencapai US$ 2 miliar di akhir 2013.    




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×