Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
Di usia muda, Cheng Wei merupakan pebisnis visioner. Tangan dingin Cheng lah yang membawanya berhasil membesarkan Didi Dache sebagai aplikasi pemesanan taksi online. Menyadari betul kekuatan Uber, Cheng membidani merger dengan rival lokal, Kuadi Dache. Merger ini kemudian melahirkan Didi Chuxing yang bertekad menggusur Uber. Cheng juga jeli membentuk tim andal. Dia merekrut petinggi Goldman Sachs untuk mendulang dana segar miliaran dollar.
Meski baru berusia 33 tahun, kemampuan Cheng Wei memimpin perusahaan tak diragukan. Bekerja selama delapan tahun sebagai Wakil Presiden Alipay, perusahaan sistem pembayaran Alibaba, menjadi bekal bagi Cheng membesarkan Didi Chuxing.
Kemampuan Cheng sebagai nakhoda startup terlihat saat menginisiasi merger antara Didi Dache dan Kuadi Dache. Ini merupakan dua perusahaan cikal bakal pendirian Didi Chuxing.
Setelah berbulan-bulan bertemu dan meyakinkan Dexter Lu, pendiri Kuadi Dache, akhirnya Didi Dache dan Kuadi Dache sepakat merger pada Februari 2015. Kepiawaian Cheng membuatnya didapuk menjadi CEO dan Chairman Didi Chuxing.
"Cheng memiliki pandangan jangka panjang terhadap bisnis. Dia seorang visioner," ujar Jixun Foo, Managing Partner GGV Capital seperti dilansir CNN. Alasan ini pula yang membuat CGV tertarik membenamkan duit di Didi, bahkan sebelum merger.
Pasca merger, bukan berarti Didi Chuxing tidak mengalami rintangan. Menyadari dua budaya bertemu dalam satu atap, Cheng tahu betul pekerjaannya berat.
Apalagi, Didi Dache dan Kuadi Dache merupakan pesaing berat sebelum merger. Cheng bercerita, di awal masa merger, banyak karyawan yang dia rekrut ketika mendirikan Didi Dache mengeluh. Bahkan, sebagian karyawan menangis.
Cheng melanjutkan, dia merasa lega karena tidak ada satu pun top eksekutif Kuadi Dache yang meninggalkan perusahaan, meski dipimpin oleh Cheng yang berasal dari Didi Dache. "Merger Didi dan Kuadi merupakan salah satu merger paling sukses di sejarah bisnis internet China," klaim Cheng, seperti dikutip Forbes.
Cheng pun memiliki kemampuan lihai dalam memilih tim yang kuat. Pada Agustus 2014, Cheng merekrut Jean Liu sebagai COO Didi Dache.
Setelah menjelma menjadi Didi Chuxing, Cheng menempatkan Jean sebagai presiden perusahaan itu. Jean lah yang menjadi aktor di balik kesuksesan Didi menuai investasi miliaran dollar dari perusahaan kakap.
Jean merupakan Managing Director Goldman Sachs di China. Perempuan lulusan Harvard ini sudah akrab dengan dunia teknologi. Dia adalah putri dari Liu Chuanzhi, pendiri Lenovo.
Dengan pengalaman selama belasan tahun di dunia perbankan, Jean membantu Cheng mewujudkan mimpi Didi. Setelah Uber masuk China, Cheng sadar betul harus segera mendapatkan suntikan dana jumbo.
Sejumlah nama besar tercatat menjadi investor yang menyokong Didi. Di antaranya adalah Tencent Holdings, Alibaba Holdings, Apple Inc, dan Citic Private Equity.
Setelah Jean direkrut, Didi berhasil mendulang dana segar sebesar US$ 3 miliar. Dana tersebut termasuk suntikan modal dari Apple senilai US$ 1 miliar pada Mei 2016.
Sebagian besar dana segar ini digunakan Cheng untuk membesarkan pangsa pasar Didi di China lewat promosi dan iklan. Mengutip Tech in Asia, usai merger, Didi tercatat menghabiskan US$ 161 juta untuk ekspansi.
Yang jelas, setahun setelah merger, valuasi Didi Chuxing melonjak pesat mencapai US$ 28 miliar. Di bawah komando Cheng, Didi juga terus berbenah diri.
Asal tahu saja, Didi semula merupakan gabungan dari dua aplikasi online pemesanan taksi. Pasca merger, Didi berkembang menjadi penyedia layanan mobil pribadi, mengekor jejak Uber.
Didi juga menambah sejumlah layanan. Misal, fitur premium, memilih pengemudi dan fitur khusus bagi penyandang disabilitas. Di China, Didi telah menguasai sekitar 87% pangsa pasar layanan transportasi online.
(Bersambung)