kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Mencari nama resmi yang tepat untuk virus corona baru


Rabu, 05 Februari 2020 / 18:07 WIB
Mencari nama resmi yang tepat untuk virus corona baru
ILUSTRASI. Warga melintas di depan videotron sosialisasi pencegahan virus corona di Rumah Sakit Eka Hospital, Cibubur, Bogor, Jawa Barat, Senin (3/2/2020).


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Virus corona baru telah menyebar ke lebih dari 20 negara dan menginfeksi lebih dari 24.000 orang di daratan China saja. Tapi, virus yang sudah membuat dunia dalam siaga tinggi itu belum juga punya nama resmi.

Mengutip BBC, Rabu (5/2), Channelnewsasia.com melaporkan, sekelompok ilmuwan pun menjadikan pemberian nama virus corona baru sebagai prioritas, dan hampir mengumumkan nama yang tepat untuk virus mematikan tersebut.

Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) mendapat "tugas mendesak" untuk menentukan nama resmi untuk virus corona baru.

Baca Juga: Ciptakan vaksin virus corona, ilmuwan Inggris membuat terobosan

Crystal Watson, Asisten Profesor di Johns Hopkins Center for Health Security, kepada BBC, mengatakan, penamaan virus sering tertunda lantaran fokus utamanya adalah pada respons kesehatan masyarakat.

Tapi, ada alasan mengapa penamaan virus jadi prioritas. Mengacu nama sementara dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menurut Watson, 2019-nCoV adalah nama yang sulit digunakan. Sehingga, media dan publik menggunakan nama yang berbeda sebagai gantinya.

Novel coronavirus adalah jenis baru virus corona yang sebelumnya belum teridentifikasi pada manusia. Huruf n dalam 2019-nCov adalah singkatan dari novel, sedangkan CoV mengacu pada coronavirus.

Baca Juga: Jepang akan pakai kapal feri untuk mengarantina terduga penderita virus corona

"Bahaya ketika Anda tidak memiliki nama resmi adalah orang-orang mulai menggunakan istilah-istilah seperti virus China, dan itu bisa membuat serangan balik terhadap populasi tertentu," kata Watson yang menambahkan, media sosial membantu nama tidak resmi tersebar dengan cepat.

Pedoman WHO tentang penamaan penyakit menular manusia menetapkan, nama tersebut tidak boleh mencakup lokasi geografis, seperti kota, negara, wilayah, atau benua. Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS), flu Spanyol, dan ensefalitis Jepang sebagai contoh yang harus dihindari.

Nama penyakit juga harus bukan nama orang, spesies, hewan, atau makanan. Sebab, nama-nama tersebut bisa memicu ketakutan yang tidak semestinya serta referensi budaya, populasi, industri, atau pekerjaan.

Baca Juga: Gadis cilik berusia 4 tahun jadi pasien virus corona pertama yang sembuh di Malaysia

Pedoman WHO juga menyarankan, nama penyakit bisa mencakup istilah gejala generik deskriptif serta deskriptif spesifik, misalnya, kelompok umur, perjalanan waktu, tingkat keparahan, musiman, dan lingkungan.

Seorang profesor virologi yang bergabung di kelompok studi ICTV yang telah memutuskan nama baru untuk virus corona mengatakan kepada BBC, timnya mulai membahas pemberian nama untuk virus yang muncul pertama kali di Kota Wuhan China itu sekitar dua minggu lalu.

Tim tersebut sudah mengirimkan nama itu ke jurnal ilmiah untuk diterbitkan, dan berharap bisa mengumumkannya dalam beberapa hari ke depan.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×