kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menlu AS dorong embargo senjata Iran di PBB, Rusia: Lutut Amerika ada di leher Iran


Rabu, 01 Juli 2020 / 06:21 WIB
Menlu AS dorong embargo senjata Iran di PBB, Rusia: Lutut Amerika ada di leher Iran
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Mangel Ngan/Pool via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendorong Dewan Keamanan PBB pada Selasa (30/6/2020) untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran sebelum masa embargo itu berakhir pada Oktober. Terkait hal tersebut, Rusia mengecam kebijakan Washington dan mengatakan aksi AS seperti "meletakkan lutut" ke leher Teheran.

Melansir Reuters, Amerika Serikat telah mengedarkan rancangan resolusi kepada dewan keamanan PBB beranggotakan 15 negara yang akan memperpanjang tanpa batas embargo senjata terhadap Teheran. Akan tetapi, sejumlah anggota dewan yang memiliki hak veto seperti Rusia dan China, telah mengisyaratkan langkah oposisi terhadap proposal tersebut.

Baca Juga: Iran bersumpah akan tangkap Trump meski tak lagi jadi presiden AS

"Jangan hanya melihatnya dari Amerika Serikat, dengarkan juga negara-negara di kawasan ini. Dari Israel ke Teluk, negara-negara di Timur Tengah - yang paling terpapar oleh predasi Iran - berbicara dengan satu suara: Perpanjang embargo senjata," jelas Pompeo dalam pertemuan Dewan Keamanan yang dilakukan virtual.

Mengutip Reuters, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah lama berpendapat bahwa embargo senjata terhadap Iran tidak boleh dicabut. Embargo senjata akan berakhir pada pertengahan Oktober di bawah kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia dan pemerintahan pendahulu Trump, Barack Obama.

Baca Juga: Terjadi ledakan keras di dekat situs militer paling sensitif, ini penjelasan Iran

Sejak Trump menjabat pada tahun 2017, pemerintahannya telah berhenti dari kesepakatan nuklir dan terus meningkatkan sanksi terhadap Iran dalam apa yang digambarkan Washington sebagai pendekatan tekanan maksimum.

Berbicara kepada dewan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menggambarkan kebijakan itu sebagai "kebijakan dengan tenaga cekik maksimum."

"Tugasnya adalah mencapai perubahan rezim atau menciptakan situasi di mana Iran benar-benar tidak akan bisa bernafas. Ini seperti meletakkan lutut ke leher seseorang," katanya dalam referensi terselubung tentang kematian seorang pria kulit hitam di Minneapolis setelah seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya. Kematian George Floyd memicu protes di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia.

Baca Juga: Pasukan Irak serang markas milisi yang didukung Iran di Baghdad

Hukum rimba

Dewan Keamanan PBB bertemu pada hari Selasa untuk membahas laporan oleh Sekretaris Jenderal AS Antonio Guterres yang menetapkan bahwa rudal jelajah yang digunakan dalam beberapa serangan terhadap fasilitas minyak dan bandara internasional di Arab Saudi tahun lalu berasal dari Iran.

Baca Juga: Presiden Iran: Amerika siap berunding, itu adalah kebohongan

Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdullah Al Mouallimi mengatakan Rusia dan China "bersimpati" terhadap situasi Riyadh, tetapi ketika sampai pada proposal untuk memperpanjang embargo senjata di Iran, mereka memiliki perhitungan sendiri untuk diselesaikan dengan Amerika Serikat.

"Kami berusaha memisahkan dua masalah dalam diskusi kami dengan mereka, yang ... terbuka, merupakan diskusi persahabatan, didasarkan pada hubungan baik yang kami nikmati dengan kedua negara," katanya dalam konferensi pers Selasa malam.

Jika Washington tidak berhasil dalam memperpanjang embargo senjata Iran, AS mengancam untuk mengembalikan kembali semua sanksi PBB terhadap Iran di bawah kesepakatan nuklir, meskipun harus melanggar kesepakatan pada 2018. Para diplomat mengatakan Washington akan menghadapi kesulitan, kekacauan, dan pertarungan yang sangat sulit.

Baca Juga: Iran mau berunding dengan AS, syaratnya AS minta maaf

Iran telah melanggar sebagian dari perjanjian nuklir sebagai respons dari penarikan AS dan penerapan kembali sanksi Washington.

Kepala Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian PBB Rosemary DiCarlo mengatakan kesepakatan nuklir itu penting untuk keamanan regional dan internasional. Dia menambahkan: "Oleh karena itu sangat disesalkan bahwa masa depan perjanjian ini diragukan."

Inggris, Prancis dan Jerman menyatakan keprihatinan mereka kepada PBB bahwa dengan mencabut embargo senjata terhadap Iran akan memiliki implikasi besar bagi keamanan dan stabilitas regional. Namun, mereka juga mengatakan tidak akan mendukung upaya AS untuk secara sepihak memicu pengembalian semua sanksi PBB terhadap Iran.

Baca Juga: Israel akan caplok Tepi Barat, Hamas siap deklarasikan perang

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan: "Komunitas internasional pada umumnya - dan Dewan Keamanan PBB pada khususnya - menghadapi keputusan penting: Apakah kita tetap menghormati aturan hukum, atau apakah kita kembali ke hukum rimba dengan menyerah pada tingkah pengganggu penjahat?"



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×