Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS), Tesla Inc telah menaikkan harga mobil buatanya, yakni Model X dan S sekitar 20% di China. Langkah ini menjadikan Tesla sebagai produsen mobil pertama yang melakukannya di pasar otomotif top dunia sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan perdagangan antar negara.
Mengutip Reuters, Selasa (10/7), langkah yang diambil Tesla sedikit banyak merefleksikan indikasi paling awal tentang seberapa banyak tarif China yang lebih tinggi pada impor AS tertentu akan mengalir ke pembeli, dengan produsen mobil lainnya cenderung mengikuti atau mengalihkan sebagian besar produksi ke China.
Tarif China diperkirakan akan merugikan produsen mobil AS dan perusahaan yang membuat komponen industri di AS. Khususnya Tesla, dengan cepat membakar uang tunai dan berjuang untuk menghasilkan keuntungan, China adalah kuncinya. Penjualan di China menyumbang sekitar 17% dari pendapatan tahun lalu.
Pada bulan Mei, Tesla memangkas harga Model X hingga US$ 14.000 setelah Beijing mengatakan akan memotong tarif impor hingga 15% dari 25% untuk sebagian besar kendaraan mulai 1 Juli. Namun, ulah dari Presiden AS, Donald Trump yang menyebut akan ada tarif sebesar US$ 34 miliar untuk produk-produk China, membuat Beijing mengurungkan rencana pemangkasan tarif impor mobil AS.
Tarif pembalasan dari China mengharuskan importir mobil harus membayar total 40% bea atas semua mobil buatan AS yang mereka jual di China.
Sedan Model S dasar di China sekarang berharga sekitar 849.900 yuan atau setara dengan US$ 128.779, dibandingkan dengan 710.579 yuan pada bulan Mei, sementara kendaraan sport-utility Model X harganya sekitar 927.200 yuan, versus 775.579 yuan, menurut situs Tesla. Harga ini lebih dari 70% lebih tinggi daripada di Amerika Serikat di mana sedan Model S dasar dijual seharga US$ 74.500.
"Menaikkan harga akan merugikan penjualan, tetapi Tesla harus kehilangan uang karena mereka tidak mampu sepenuhnya menyerap biaya tarif yang lebih tinggi. Mengingat mereka mengklaim kapasitas terbatas, mereka harus dapat mengalihkan penjualan ke tempat lain,” kata analis CFRA Efraim Levy, dilansir dari Reuters, Selasa (10/7).