Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA. Rencana merger antara Netflix Inc dan Warner Bros memantik kekhawatiran baru di industri hiburan global. Sejumlah pelaku industri menilai aksi korporasi ini berpotensi menciptakan monopsoni, yakni kondisi ketika hanya ada sedikit pembeli dengan kekuatan tawar yang sangat besar terhadap para pemasok konten.
Peringatan tersebut disampaikan mantan Kepala Amazon Studios, Roy Price yang kini memimpin studio International Art Machine. Dalam opini yang ditulis di The New York Times, Price menyebut bahwa meski industri film telah berkali-kali menghadapi disrupsi mulai dari TV, video rumahan, streaming hingga kecerdasan buatan, merger raksasa seperti ini dapat membawa perubahan struktural yang lebih fundamental.
Menurut Price, jika Netflix berhasil mengakuisisi Warner Bros, Hollywood berisiko berubah menjadi ekosistem yang berputar pada satu matahari. Situasi tersebut dinilai akan membuat setiap kesepakatan bisnis, keputusan kreatif, hingga perjalanan karier para pekerja kreatif bergantung pada satu entitas dominan.
Netflix sendiri menegaskan bahwa operasi Warner Bros tetap berjalan normal. Seperti halnya film-film produksi studio tersebut masih akan dirilis di bioskop, sementara jaringan TV Warner akan dilepas melalui perusahaan terpisah. Namun, HBO akan tetap menjadi bagian dari portofolio Netflix.
Baca Juga: Asia Perbesar Porsi Utang dalam Euro
Meski begitu, Price menilai risiko utama bukanlah hilangnya perusahaan atau konten, melainkan sentralisasi pengendalian. Perusahaan gabungan diyakini akan menguasai porsi belanja konten yang lebih besar, sehingga mempengaruhi dinamika produksi di industri.“Lebih sedikit pembeli berarti lebih sedikit konten yang diproduksi,” ujarnya dalam laporan Reuters (7/12).
Di sisi lain, Netflix menilai akuisisi Warner Bros.justru akan memperkuat industri. Dengan memperluas kapasitas produksi di AS dan meningkatkan investasi konten original, perusahaan optimistis dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan membuka akses lebih luas bagi pekerja kreatif terhadap portofolio intelektual bernilai tinggi.
Sementara itu, lanskap kompetisi di bisnis hiburan memang sedang dikuasai para raksasa. Survei KPMG pada 2024 mencatat Comcast sebagai pengeluaran konten terbesar dengan US$ 37 miliar, disusul YouTube/Alphabet dengan US$ 32 miliar, Disney US$ 28 miliar, Amazon US$ 20 miliar, Netflix US$ 17 miliar, dan Paramount US$ 15 miliar. Baik Comcast maupun Paramount juga dikabarkan tertarik memboyong Warner Bros.
Baca Juga: Saat Robusta Brasil Bersiap Naik Kelas













