kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski kasus varian Delta melonjak, AS tidak akan lakukan lockdown


Senin, 02 Agustus 2021 / 05:23 WIB
Meski kasus varian Delta melonjak, AS tidak akan lakukan lockdown


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pakar Penyakit Menular AS Dr Anthony Fauci menegaskan, Amerika Serikat tidak akan melakukan penguncian (lockdown) lagi untuk mengekang penyebaran Covid-19 meskipun varian Delta memicu lonjakan kasus di negara tersebut.

Menurut Fauci dalam wawancara di "This Week" ABC seperti yang dikutip Reuters, persentase warga Amerika saat ini yang telah divaksinasi sudah cukup untuk menghindari penguncian.

"Ini tidak cukup untuk menghancurkan wabah, tetapi saya cukup percaya untuk tidak membiarkan kita masuk ke situasi seperti di musim dingin lalu," katanya.

Menurut analisis Reuters, jumlah rata-rata kasus virus corona baru yang dilaporkan secara nasional hampir dua kali lipat dalam 10 hari terakhir.

Bahkan jika negara bagian tidak melakukan penguncian lagi, penyebaran varian Delta masih dapat mengancam perekonomian.

Baca Juga: AS Menebar Uang ke Warga yang Divaksin

Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan kepada CBS "Face the Nation" bahwa varian Delta menciptakan banyak kehati-hatian di antara jutaan orang Amerika yang tidak bekerja dan dapat memperlambat pemulihan pasar tenaga kerja AS.

Lonjakan kasus varian Delta juga mengguncang dunia. Beberapa wilayah Asia yang sebelumnya relatif berhasil menahan Covid-19, seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam. Namun, kini mereka memberlakukan lockdown.

Beberapa negara menolak pembatasan baru. Mulai Senin, tentara tak bersenjata akan membantu polisi kota terbesar di Australia, Sydney, untuk memeriksa apakah orang-orang yang dites positif tetap melakukan isolasi.

Baca Juga: Pusat Kesehatan AS: Perang telah berubah karena varian Delta

Di Prancis, di mana pemerintah sedang memerangi gelombang infeksi keempat, ribuan orang melakukan aksi unjuk rasa selama tiga pekan berturut-turut untuk menentang pengenalan wajib kesehatan yang membuktikan vaksinasi yang akan diperlukan untuk masuk ke banyak tempat umum.

Sementara itu, saat vaksin masih langka di sebagian besar dunia, vaksin tersedia secara gratis bagi siapa saja yang berusia 12 tahun atau lebih di Amerika Serikat, di mana hadiah uang tunai, mobil baru, dan insentif lainnya gagal memotivasi lebih dari sepertiga populasi untuk diimunisasi.

"Kami memiliki 100 juta orang di negara ini yang memenuhi syarat untuk divaksinasi yang tidak divaksinasi," kata Fauci, yang juga direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

Sekitar 58% orang Amerika telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, mulai dari yang tertinggi 76% di Vermont hingga yang terendah 40% di Mississippi.

Baca Juga: Warga AS yang mau divaksin Covid-19 bakal dapat uang Rp 1,4 juta

Setelah menurun selama berminggu-minggu, jumlah warga Amerika yang divaksinasi mulai meningkat lagi.

"Intinya adalah bahwa orang-orang sadar akan hal ini dan ini mungkin menjadi titik kritis bagi mereka yang ragu-ragu," kata Direktur National Institutes of Health Francis Collins kepada CNN pada hari Minggu. "Itulah yang sangat perlu terjadi jika kita ingin mengembalikan varian Delta ini ke tempatnya, karena saat ini mereka sedang mengadakan pesta yang cukup besar di tengah-tengah kita."

Berdasarkan kasus baru per kapita, Florida memiliki salah satu wabah terburuk di negara ini. Florida juga telah melihat infeksi meningkat 50% dari minggu ke minggu. Namun, Gubernur Ron DeSantis telah memblokir mandat masker di sekolah-sekolah negara bagian, dengan mengatakan orang tua lah yang harus memutuskan.

Selanjutnya: Pecahkan rekor kasus baru, Florida jadi pusat wabah corona baru di AS




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×