Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi
KONTAN.CO.ID - Bisnis layanan streaming musik Spotify berkembang cukup pesat dari jumlah pengguna. Meski awalnya sulit meyakinkan industri rekaman, kini justru makin banyak label rekaman besar bergabung dengan Spotify. Bisa dibilang, ide jenius Daniel mengembangkan layanan streaming musik seperti menjadi penyelamat industri rekaman musik. Aksi pembajakan yang marak membuat industri ini lesu. Lewat Spotify, industri rekaman bisa mendapatkan pendapatan dari iklan.
Bisnis musik konvensional memang nyaris mati seiring pesatnya perkembangan teknologi digital yang membuat aksi pembajakan hak cipta marak karena makin gampang dilakukan. Tapi di tangan Daniel Ek, miliarder yang juga pendiri Spotify, industri rekaman musik bangkit lagi. Ide Daniel menjual layanan streaming musik bisa dibilang merupakan oasis bisnis industri musik di tengah kelesuan yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Bisnis layanan streaming musik itu pula yang membuat pria asal Swedia ini menjadi salah satu miliarder. Mengutip Forbes, nilai kekayaan Daniel mencapai sekitar US$ 1,6 miliar.
Salah satu penyebab industri musik kurang berkembang adalah karena maraknya pembajakan. Berkait ide jenius Daniel mengembangkan perangkat lunak Spotify, aksi pembajakan bisa ditekan.
Ide jenius Daniel itu adalah berusaha menjembatani kepentingan industri rekaman dan pembajak musik. Terinspirasi dengan Napster yang menyediakan musik secara gratis, Daniel Ek ingin agar layanan Spotify diarahkan seperti Napster tapi dengan koridor hukum.
Spotify bisa dibilang merupakan versi legal dari Napster. Menurut Daniel, Napster hanya bisa dikalahkan dengan layanan yang bisa setara dengan mereka.
Oleh karena itu, Daniel secara default menyeting Spotify dengan mode gratis namun dengan beberapa iklan di dalamnya. Jika ingin menghapus iklan dan meningkatkan fitur, pengguna harus menaikkannya ke level premium.
Dengan kompensasi yang cukup banyak ke industri rekaman, Spotify berharap bisa membuat bisnis industri rekaman bisa bangkit kembali.
Perjuangan Daniel mengembangkan bisnis Spotify tercatat cukup panjang. Awalnya untuk mengembangkan Spotify, ia menggunakan dana pribadi dan partnernya yaitu Martin Lorentzon.
Martin merupakan rekan bisnis yang membeli perusahaan Daniel sebelumnya yaitu Advertigo. Ketika pertama kali Spotify berdiri, membutuhkan waktu dua tahun untuk mendapatkan deal bisnis pertama di Swedia.
Daniel menyadari, agar bisnis streaming musik melalui aplikasi seperti Spotify bisa berkembang, maka harus melakukan ekspansi. Dus, tak lama setelah diluncurkan di Swedia pada 2006, ia juga melakukan ekspansi ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Prancis, Swedia, Norwegia dan Firlandia.
Dengan fitur unggulan yaitu pelanggan bisa mendengarkan 8 juta lagu secara gratis, layanan Spotify pada tahun pertama mendapatkan respon positif dari pengguna di beberapa negara.
Daniel mengakui tantangan terbesar dalam mengembangkan model bisnis musik baru seperti streaming adalah meyakinkan pelabel besar untuk bergabung.
Hal ini penting karena perusahaan label mayor memiliki potensi besar dalam penambahan database lagu. Namun seiring waktu, Daniel bisa meyakinkan pelabel besar untuk bergabung.
Meskipun pelabel tidak mendapatkan imbalan dana setara ketika pelanggan mengunduh lagu melalui internet, namun Daniel meyakinkan bahwa pelabel bisa mendapatkan potensi keuntungan dari jumlah dana yang masuk dari iklan dan dari penambahan pelanggan.
Selain mengembangkan jumlah pengguna, Daniel juga berusaha masuk ke beberapa device yang ada. Selain komputer, Spotify juga bisa digunakan di beberapa gadget lain yaitu handphone, Xbox dan Playstation.
Pertumbuhan bisnis dan pelanggan Spotify cukup menggembirakan. Ini bisa dilihat dari valuasi yang naik dua kali lipat tiap tahun dan penggunanya yang bertambah empat kali lipat.
(Bersambung)