Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Militer Rusia mengklaim telah berhasil membebaskan 32 permukiman di wilayah Kursk dari kendali Ukraina sejak Agustus 2024.
Wilayah Kursk menjadi sasaran serangan besar-besaran tentara Ukraina sejak tanggal 6 Agustus 2024 lalu.
Sejak saat itu, pemerintah Rusia langsung memberlakukan keadaan darurat di wilayah tersebut. Warga sipil pun telah dievakuasi dari daerah perbatasan.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Ukraina telah kehilangan lebih dari 64.000 tentaranya sejak pertempuran dimulai di wilayah Kursk. Hingga saat ini operasi untuk mengusir Ukraina dari Kursk masih berlangsung.
Baca Juga: Selain Kesepakatan Mineral, Ini yang Diinginkan Donald Trump dari Ukraina
32 Permukiman Berhasil Direbut Kembali
Angka 32 tercapai setelah pada tanggal 8-9 Maret 2025, militer Rusia membebaskan tujuh permukiman tambahan, yakni Malaya Loknya, Cherkasskoe Porechnoye, Kositsa, Lebedevka, Viktorovka, Nikolayevka, dan Staraya Sorochina.
Mengutip TASS, pada bulan Februari, militer Rusia membebaskan lima permukiman, yakni Pogrebki, Orlovka, Nikolsky, Novaya Sorochina, dan Sverdlikovo.
Pada 17 Januari, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa 63,2% wilayah Kursk telah dibebaskan dari kendali tentara Ukraina.
Pembebasan wilayah Kursk dari tangan Ukraina dilakukan secara bertahap sejak September 2024. Rusia menempatkan unit Battlegroup North untuk tugas tersebut.
Baca Juga: Trump Hentikan Pembagian Intelijen AS ke Ukraina, Tekanan Diplomasi Meningkat
Pertempuran masih terus berlangsung di tengah alotnya upaya dialog menuju perdamaian. Baru-baru ini, Ukraina bahkan bersitegang dengan donatur utamanya, Amerika Serikat.
Di bawah kendali Presiden Donald Trump, AS menginginkan sumber daya alam sebagai imbalan atas segala bantuan militer selama perang.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, jelas menentang permintaan tersebut, tapi tetap memohon agar bantuan militer terus disalurkan.
Tonton: Selain Kesepakatan Mineral, Ini yang Diinginkan Donald Trump dari Ukraina