Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir dan kedelai mencetak rekor tertinggi dalam lebih dari tiga bulan setelah Amerika Serikat (AS) dan China sepakat menghentikan sementara tarif dagang selama 90 hari.
Dua ekonomi terbesar dunia ini sepakat memangkas tarif timbal balik sebagai bagian dari negosiasi untuk mengakhiri perang dagang yang telah memicu kekhawatiran resesi dan mengguncang pasar global.
Baca Juga: Harga Minyak Tembus Tertinggi 2 Pekan Senin (12/5), Pasar Sambut Jeda Tarif AS-China
AS akan memangkas tarif tambahan atas barang impor asal China dari 145% menjadi 30%, sementara tarif China atas produk AS akan turun dari 125% menjadi 10%.
“Tarif baru ini mengembalikan posisi ke level sebelum Hari Liberasi dan menjadi sinyal de-eskalasi yang lebih baik dari perkiraan,” kata Ewa Manthey, analis komoditas ING, merujuk pada pengumuman tarif besar-besaran Presiden Trump pada 2 April lalu.
Menyusul kesepakatan antara dua konsumen minyak terbesar dunia tersebut, harga minyak Brent dan WTI naik sekitar 1,5% di sesi perdagangan, melanjutkan kenaikan pekan lalu sekitar 4%. Kedua acuan sempat menyentuh level tertinggi sejak 28 April.
“Minyak mentah, yang sebelumnya tertekan oleh peningkatan produksi OPEC+, kini menjadi pemenang awal dari kabar ini, karena membantu menstabilkan prospek permintaan,” ujar analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Baca Juga: Harga Emas Merosot 3% Senin (12/5), Setelah AS-China Sepakat Pangkas Tarif
Di pasar gas, kontrak acuan Belanda untuk pengiriman bulan depan melonjak ke level tertinggi intraday €36,25 per megawatt jam (MWh), tertinggi sejak 16 April menurut data LSEG.
Sementara itu, kedelai komoditas AS yang paling terdampak selama konflik dagang melonjak karena adanya harapan pemulihan permintaan dari China, importir kedelai terbesar dunia. China sebelumnya mengalihkan pembelian dari AS ke Brasil.
Kontrak CBOT kedelai paling aktif ditutup naik 19,5 sen ke level US$10,71-1/4 per bushel, tertinggi sejak awal Februari.
Di tengah sentimen risk-on, harga emas spot sempat turun tajam ke US$3.207,3 per ounce dan terakhir tercatat turun 2,7% menjadi US$3.233,78.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat Senin (12/5), Usai Gencatan Tarif AS-China
Harga logam industri turut menguat seiring meredanya kekhawatiran perlambatan global. Tembaga LME naik 0,6% ke US$9.502 per metrik ton, dan aluminium melonjak 2,3% ke US$2.473.
Namun, pelaku pasar tetap berhati-hati. “Tarif memang diturunkan, tapi hanya sementara. Tidak ada jaminan bahwa AS dan China akan mencapai kesepakatan permanen,” kata Callum Macpherson, kepala komoditas Investec.
“Semakin lama ketidakpastian ini berlangsung, semakin besar dampaknya terhadap perekonomian riil.”